Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kenaikan Tarif Ojek Online Harus Dibarengi Peningkatan Pelayanan”

Kompas.com - 01/05/2019, 15:34 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.COM -Tarif baru ojek online mulai berlaku hari ini. Ketentuan tarif baru tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KP 348 Tahun 2019 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Jasa Penggunaan Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat yang Dilakukan dengan Aplikasi.

Pemberlakukan tarif baru tersebut menuai beragam reaksi dari masyarakat. Rayi (25) misalnya, dia merasa tarif ojek online yang baru ini terlampau mahal.

“Biasanya dari rumah aku di Kelapa Dua ke Stasiun UI cuma Rp 7.000, sekarang jadi Rp 12.000. Lumayan kerasa sih naiknya,” ujar Rayi kepada Kompas.com, Rabu (1/4/2019).

Baca juga: Tarif Baru Ojek Online Mulai Berlaku Hari Ini

Kendati dianggap memberatkan, Rayi mengaku tak akan berpindah ke moda transportasi lainnya. Sebab, ketimbang naik angkutan umum atau ojek pangkalan, dia lebih memilih tetap menggunakan jasa ojek online.

Menurut dia, ojek online memiliki pelayanan yang tak bisa didapatkan dari moda transportasi lainnya.

“Aku tetap pakai ojek online sih, soalnya sudah kebutuhan. Ojek online kan bisa jemput kita dari rumah, terus diantarnya langsung ke tujuan kita. Kalau yang lain kan kita harus pindah-pindah dulu,” kata Rayi.

Baca juga: Soal Tarif Ojek Online, Grab Berharap Kepentingan Mitra dan Penumpang Seimbang

Rayi berharap kenaikan tarif ini dibarengi dengan peningkatan pelayanan dari ojek online.

“Harus good service banget sih. Kalau tarif naik, pelayanan juga harus ditingkatkan. Dari segi attitude driver, penyediaan masker sama haircap juga wajib ada, karena sering banget (pengemudi) enggak punya masker dan haircap,” ucap dia.

Senada dengan Rayi, Deska (34) menilai kenaikan tarif ini terlalu signifikan. Terlebih lagi, dia merasa aplikator dan pemerintah kurang mensosialisasikan tarif baru ini ke masyarakat.

“Seharusnya naiknya itu Rp 1.000 saja. Misalkan yang tadinya Rp 12.000, pas naik tarifnya jadi Rp 13.000 saja,” ucap dia.

Baca juga: Apakah Tarif Ojek Online yang Baru Sudah Ideal?

Dengan kenaikan tarif ini membuat Deska berpikir dua kali jika ingin naik ojek online untuk beraktivitas sehari-harinya. Ibu dua anak ini akan mencoba moda transportasi lain untuk mengakali pengeluaran yang berlebih karena naik ojek online.

“Misalnya dengan tarif sebelumnya saya jemput anak ke sekolah dalam seminggu menggunakan ojek online, sekarang mungkin saya akan bawa motor sendiri. Tapi untuk yang jarak jauh mungkin saya akan tetap naik ojek (online),” kata dia.

Berbeda dengan Rayi dan Deska, Fran Hakim (26) menilai wajar adanya kenaikan tarif ojek online ini. Namun, dia meminta pelayanan yang diberikan ke penumpang juga harus ditingkatkan.

“Semoga dengan adanya peraturan baru ini keselamatan penumpang dijaga. Jangan hanya mementingkan kepentingan drivernya saja,” kata dia.

Baca juga: Peraturan Ojek Online, Tarif Antar Makanan dan Antar Barang Tak Ikut Diatur

Penetapan tarif ojek online sendiri dibagi menjadi tiga zona. Sistem zonasi ini sendiri terdiri dari Zona I yang meliputi Sumatra, Jawa selain Jabodetabek, dan Bali.

Zona II terdiri dari kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Sedangkan Zona III terdiri dari Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

Baca juga: Menhub: Aplikator Ojek Online Jangan Seenaknya Buat Tarif Murah

Untuk Zona I, tarif batas bawahnya sebesar Rp 1.850 per kilometernya dan tarif batas atasnya Rp 2.300. Untuk biaya jasa minimalnya Rp 7.000 sampai dengan Rp 10.000. 

Untuk Zona II, tarif bawah ditetapkan Rp 2.000 dan tarif batas atas sebesar Rp 2.500 dengan biaya jasa minimalnya Rp 8.000 sampai dengan Rp 10.000.

Sementara tarif batas bawah Zona III Rp 2.100 dan tarif batas atasnya Rp 2.600. Adapun biaya jasa minimalnya Rp 7.000 sampai dengan Rp 10.000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com