Perlu diketahui, pada 2018, perusahaan plat merah ini telah mendapatkan rekomendasi ekspor bijih nikel kadar rendah dengan total sebesar 3,68 juta wmt.
Rinciannya terdiri dari 2,7 juta wmt diperoleh pada Maret 2018 serta 980 ribu wmt pada November 2018 sejalan dengan Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Halmahera Timur.
Pada 1Q19, tercatat volume produksi bijih nikel Antam tumbuh 6 persen dengan total produksi 2,23 juta wmt. Sementara itu, level volume penjualan mencapai 1,74 juta wmt atau naik 37 persen dibandingkan penjualan 1Q18.
“Penjualan dari bijih nikel Antam pada 1Q19 Rp782,51 miliar atau tumbuh sebesar 39 persen dibandingkan nilai penjualan bijih nikel pada 1Q18 Rp562,66 miliar,” Dirut Antam.
Seperti halnya pada bijih nikel, Antam juga telah mendapatkan Rekomendasi Perpanjangan Persetujuan Ekspor dari Kementerian ESDM untuk bijih bauksit tercuci sebesar 840 ribu wmt pada Maret 2019.
Untuk komoditas ini, pada 1Q19, Antam mencatatkan volume produksi bijih bauksit 273.986 wmt, tumbuh sebesar 37 persen dibandingkan produksi 1Q18 sebesar 200.300 wmt.
Sementara itu, volume penjualan bijih bauksit mencapai 55.000 wmt dengan nilai penjualan sebesar Rp41,14 miliar. Angka ini tumbuh 6 persen dibandingkan nilai penjualan pada 1Q18.
Pada akhir tahun 2018, Antam kembali mengoptimalkan operasi Pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan, melalui entitas anak perusahaannya, PT Indonesia Chemical Alumina (PT ICA)
“Operasional kembali pabrik tersebut seiring dengan selesainya proses akuisi keseluruhan saham PT ICA yang bernilai 1 juta dollar AS,” ucap Arie Ariotedjo.
Hasilnya pada 1Q19 PT ICA telah memproduksi alumina 14.042 ton dengan tingkat penjualan sebesar 12.231 ton alumina. Iailai penjualan produk ini mencapai Rp94,90 miliar.
Dengan adanya transfer teknologi, pengembangan produk serta dukungan pemasaran, perusahaan optimis komoditas produk alumina Antam tetap memiliki daya saing global dan dapat memberikan nilai ekonomi yang positif bagi perusahaan dan para pemegang saham.
Lebih lanjut Arie Ariotedjo menjelaskan, sejalan dengan strategi pengembangan perusahaan yang berbasis pada hilirisasi mineral, saat ini Antam juga berfokus untuk menyelesaikan proyek pengembangan utama perusahaan.
“Proyek kunci Antam saat ini mencakup Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) berjalan on track dengan realisasi kontsruksi sebesar 95 persen sampai akhir 1Q19,” kata dia.
Direncanakan pabrik Feronikel Haltim (Line 1) memiliki kapasitas produksi sebesar 13.500 TNi, akan memasuki fase produksi komersial pada Semester II Tahun 2019.
Nantinya dengan selesainya proyek pembangunan pabrik feronikel Haltim (Line 1) akan meningkatkan kapasitas total terpasang feronikel Antam sebesar 50 persen, dari kapasitas produksi feronikel terpasang saat ini sebesar 27.000 TNi menjadi 40.500 TNi per tahun.