Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Peternakan Organik, Sapi-sapi Pun Bahagia...

Kompas.com - 03/05/2019, 21:39 WIB
Lusia Kus Anna,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Happy cows produce more milk (sapi yang bahagia memproduksi lebih banyak susu). Tulisan tersebut terpampang di dinding kantor kecil sebuah peternakan sapi perah organik di Aarhus, kota kecil di Denmark.

Tidak sekadar slogan, sapi yang hidupnya bahagia itu secara ilmiah memang akan menghasilkan banyak susu yang bernutrisi.

Penelitian tahun 2013 yang dipublikasikan di Journal of Endocrinology menyebut, hormon kebahagiaan (serotonin) bisa meningkatkan kadar kalsium dalam susu sapi. Selain itu, produksi susunya juga bertambah.

Pemilik peternakan organik di Aarhus, Denmark, Laust Krejberg, juga sudah membuktikannya. Di lahan seluas 400 hektar ia memelihara 175 sapi perah dan 175 sapi anakan.

Baca juga: Peternak Sayangkan Industri Tak Wajib Serap Susu Segar Lokal

Sebuah peternakan sapi konvensional di Denmark.KOMPAS.com/Lusia Kus Anna Sebuah peternakan sapi konvensional di Denmark.
Sapi-sapi di peternakannya diperhatikan kesejahterannya dan rata-rata bisa menghasilkan 33 liter susu organik per hari.

“Dibanding peternakan konvensional, peternakan organik memang menghasilkan susu 10 persen lebih sedikit, tapi nilai jualnya lebih tinggi karena harga produk organik terus merangkak naik,” kata Krejberg ketika menerima kunjungan kelompok peternak Indonesia.

Sapi perah organik merupakan sapi yang diberi pakan organik dan dilepas dari kandangnya. Di negeri empat musim seperti Denmark, biasanya sapi baru dilepas ketika cuaca hangat di musim panas.

Pakan sapi berasal dari rumput yang dihasilkan dari lahan yang bebas pestisida dan memiliki keragaman mikroorganisme tanah. Jenis rumput seperti itu, menurut Krajberg memiliki kadar protein tinggi.

Kondisi lahan rumput sangat diperhatikan dengan baik oleh peternak di Denmark. Krajberg pun rutin memberikan pupuk kandang untuk menyuburkan tanah. Apalagi iklim di negara ini hanya memungkinkan rumput tumbuh di musim semi dan musim panas.

Selain soal pakan, kesejahteraan ternak diperhatikan mulai dari kebersihan kandang, tempat rebahan sapi yang nyaman, hingga pemotongan kuku dua kali setahun oleh petugas bersertifikasi.

“Sapi-sapi harus tidur menggunakan alas seperti matras tipis dengan ketebalan 6 cm dan di atasnya diberi jerami,” kata Krejberg.

Pengaturan kandang pun di perhatikan, misalnya saja pemisahan antara anak sapi (pedet) sesuai usia, memastikan aliran udara yang baik, dan juga pencahayaan.

Anak sapi atau pedet yang berumur dua bulan di sebuah peternakan di Denmark.KOMPAS.com/Lusia Kus Anna Anak sapi atau pedet yang berumur dua bulan di sebuah peternakan di Denmark.

Jaminan kualitas

Perlakuan yang baik kepada ternak itu merupakan bagian dari praktik pengelolaan susu yang berkelanjutan dari program jaminan kualitas yang disebut dengan Arlagarden, dari Arla Foods, perusahaan pengolahan susu yang menerima susu organik dari peternak.

“Sebagai jaminan mutu untuk menjaga kualitas produk, seluruh peternak yang bergabung bersama Arla wajib menerapkan standar Arlagarden,” kata Senior Director, Global Member Service Arlagarden, Torben Greve Himmelstru.

Ia menuturkan, Arlagarden dibentuk berdasarkan empat poin utama, yaitu kualitas susu, keselamatan pangan, lingkungan, dan kesejahteraan ternak.

Sebagai produsen susu organik terbesar di dunia, Arla Food saat ini menerima susu organik yang berasal dari peternakan yang sapinya bisa dilepas di padang rumput dan 100 persen di ternakkan di lahan organik yang bebas pestisida atau pupuk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com