Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fintech Berkembang Pesat di China, Mengapa?

Kompas.com - 04/05/2019, 17:04 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Kemajuan teknologi informasi turut mendorong perubahan dan inovasi di sektor layanan keuangan. Dengan hadirnya teknologi keuangan alias financial technology (fintech), masyarakat yang sebelumnya belum tersentuh layanan perbankan (unbanked) kini dapat mengakses produk dan layanan keuangan yang mereka butuhkan.

Kemajuan fintech di China dikenal sangat masif. Beragam fintech hadir memberikan inovasi kepada konsumen, antara lain produk pinjaman hingga sistem pembayaran.

Lalu, mengapa fintech berkembang begitu pesat di China?

Depiuti Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute dan Keuangan Digital Sukarela Batunanggar menjelaskan, perkembangan fintech, khususnya peer to peer lending di China sangat cepat. Ini salah satunya disebabkan faktor kebijakan.

Baca juga: Ragam Saingan BPR, Fintech hingga KUR dan Laku Pandai

Menurut Sukarela, otoritas di China cenderung fleksibel terhadap tumbuh kembang fintech. Fleksibilitas ini memberi ruang pertumbuhan yang cenderung ekspansif.

"Selama ini regulator di China cenderung lebih fleksibel, lebih open, memberi keleluasaan untuk pertumbuhan," kata Sukarela pada acara pelatihan wartawan OJK di Bandung, Jumat (3/5/2019).

Sukarela mengungkapkan, implikasi dari kelonggaran aturan itu adalah pertumbuhan fintech yang amat cepat. Di China, imbuh dia, tidak ada tinjauan ulang alias review secara mendalam mengenai bisnis fintech.

Baca juga: Bersaing dengan Fintech, Apa yang Harus Dilakukan BPR?

Di satu sisi, banyak perusahaan fintech yang telah memiliki model bisnis yang baik dan dapat bertahan. Namun demikian, banyak juga perusahaan fintech yang belum memiliki model bisnis yang siap menunjang pertumbuhannya.

Kondisi ini pun turut membuat fintech ilegal di China menjamur pula, yang malah memberikan kerugian bagi masyarakat. Di saat inilah otoritas China baru mengambil langkah.

"Makanya sekarang pemerintah China menaruh concern memperkuat aturannya, dengan menutup platform yang tidak layak operasi," jelas Sukarela.

Berdasarkan riset bertajuk The Rise of Fintech in China: Redefining Financial Services yang dirilis oleh Ernst & Young, China merupakan pasar ritel e-commerce terbesar dan paling maju di dunia. Kondisi ini didukung oleh tingginya penetrasi internet dan ponsel pintar.

Konsumen China yang sudah akrab dengan dunia digital pun menuntut kemudahan yang sama seperti e-commerce dalam hal layanan keuangan. Ini memberikan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan fintech mengembangkan layanannya dan menumbuhkan bisnisnya.

Baca juga: Fintech RI Makin Gencar Ekspansi ke Asia Tenggara

"Kesempatan ini awalnya berasal dari populasi yang belum terjamah layanan perbankan, baik UKM maupun masyarakat yang kebutuhannya belum terpenuhi. Perusahaan fintech pun membidik masyarakat kelas menengah yang membutuhkan produk wealth management, asuransi, dan produk perbankan yang sesuai kebutuhan mereka," tulis tim dari Ernst & Young dalam laporan mereka.

Untuk memenuhi kebutuhan ini, raksasa-raksasa teknologi China secara agresif menciptakan beragam platform yang memberikan solusi finansial dan nonfinansial pada kehidupan konsumen. Raksasa-raksasa tersebut juga berinvestasi pada teknologi yang menunjang layanan keuangan generasi berikutnya, termasuk blockchain dan solusi kecerdasan buatan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com