“LIFE is a difficult game. You can win it only by retaining your birthright to be a person.” (A. P. J. Abdul Kalam)
Di basement rumahnya – yang juga jadi kamar tidur sekaligus ‘ruang kerjanya’, pemuda 31 tahun itu berbagi prinsip hidupnya.
“Begitu bangun, aku nyalakan komputerku dan langsung streaming, tanpa memberi tanda, tak ada webcam, tak ada apapun. Aku duduk dan mulai memainkan game Fortnite, lalu aku mulai berbicara sedikit. Itu satu-satunya cara yang kutahu untuk bisa kabur dari lubang hitam mentalku…”
Pemuda itu, Benjamin Lupo, seorang gamer profesional yang dikenal sebagai Dr. Lupo. Lupo mengisahkan bagaimana profesi sebagai gamer telah mengubah banyak hal dalam hidupnya.
Tak ada lagi stereotype yang buruk terhadap game maupun para gamer-nya. Dengan 7 juta follower-nya, Lupo menampilkan permainan game ciamik yang nyaris absurd dilakukan kebanyakan gamer.
Lupo melakukannya melalui platform Twitch besutan Amazon yang secara khusus melakukan broadcasting permainan game secara live-stream ke seluruh dunia.
Ayah Lupo, seorang profesor psikologi di Creighton University, sangat bangga dengan pilihan profesi anaknya. Di basement rumahnya, Lupo menghabiskan waktu 80 jam per minggu untuk memainkan game Fortnite atau PUBG, dan ditonton jutaan penggemarnya secara live-stream.
Tampak aneh, tapi bukankah ia sudah menjadi selebriti?
Lupo telah menghasilkan 1 juta dolar per tahun sejauh ini, dan itu setara dengan kira-kira 92.000 dolar AS per bulan.
Bandingkan dengan gaji rata-rata dokter umum di Amerika yang ‘hanya’ 294.000 dolar AS per tahun, atau gaji seorang dokter bedah syaraf di Amerika yang rata-rata gajinya 663.000 dolar AS per tahun.
Kisah Lupo sempat membuat saya terperangkap dalam pikiran “ahh, ini lagi, anak muda yang anti-sosial yang hidup dalam dunia khayalan”. Tapi itu semua tiba-tiba berubah saat satu berita dari nun jauh di sana menghantam kepala saya.
Tujuh negara bagian di Amerika telah melegalkan eSport, julukan bagi aktivitas game online, menjadi bagian dari kurikulum pendidikan. Itu termasuk negara bagian Massachusetts di mana sekolah-sekolah dan kampus-kampus terbaik dunia berada: Harvard, MIT, dan Boston University.
Negara bagian lainnya, Georgia dan Texas, juga sudah melegalkan eSport sebagai bagian dari kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah mereka.
Ada kah yang aneh? Massachusetts dan Georgia adalah dua negara bagian yang sangat menjunjung tinggi kualitas pendidikan. Tak ada yang namanya kurikulum abal-abal!
Ketujuh negara bagian itu tak ayal lagi akan menjadikan sebuah liga eSport yang bakal mentereng. Jangan heran, cepat atau lambat liga itu akan menjelma seperti NBA, NFL atau MLS yang sangat disegani di Amerika.