Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

Saat AI dan Machine Learning Menantang Lembaga Survei

Kompas.com - 06/05/2019, 13:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


JEFF Catlin, seorang anggota FORBES Technology Council, sangat gundah dengan begitu dangkalnya orang berpikir soal AI (Artificial Intelligence).

“AI bukanlah sekedar teknologi atau inovasi yang sederhana – AI adalah keseluruhan hal yang membentuk lanskap sosial dan ekonomi dalam berbagai caranya.”

Saya sependapat dengan Catlin. Berbicara soal AI tak melulu soal kecepatan dan akurasi komputasi, tapi lebih dari itu, bagaimana AI sudah berevolusi menjadi mitra beropini dan penyedia alternatif tindakan.

Catlin mencontohkan, para CEO di banyak perusahaan telah mendorong inovasi di machine learning dan AI untuk membantu bisnis mereka mendapatkan gambaran dari data berbasis teks yang tak terstruktur untuk diterjemahkan menjadi rekomendasi atau bahkan instruksi-instruksi.

Untuk memahaminya, saya membayangkan sebuah situasi di mana satu perusahaan memerlukan survei di 34 ibukota propinsi di Indonesia untuk mencari tahu karakteristik preferensi belanja para penduduk di 34 kota besar itu.

Ada satu opsi yang pasti mudah dilakukan: bayar lembaga survei komersial untuk melakukannya dengan 1.200 hingga 2.000 responden. Hasilnya kira-kira akan mewakili gambaran menyeluruh preferensi seluruh penduduk Indonesia termasuk yang tinggal di kota-kota lainnya.

Kata-kata “kira-kira akan mewakili” menandakan kurangnya keyakinan akan akurasi hasil akhirnya, meskipun itu artinya bisa pula disebut sebagai ‘merefleksikan’ keseluruhan realita, tetap saja itu merupakan asumsi pars pro toto.

Hanya karena seorang Rudy Hartono memenangi rekor juara All England delapan kali, tak lagi bisa dikatakan bahwa ‘orang-orang Indonesia jago main badminton’. No, no, no…..

Sekarang coba bayangkan kemajuan teknologi hari ini: big data, data analytic dan AI yang menjadi otaknya machine learning.

Perusahaan-perusahaan raksasa teknologi seperti Google, Amazon, Huawei, Apple, Alibaba dan banteng-banteng medsos seperti Facebook, Instagram dan Twitter sudah lama memakai AI untuk memberikan gambaran asli, real-time, akan berbagai hal yang terkait dengan bisnis mereka, termasuk di antaranya dinamika perilaku konsumen, situasi pasar, dan kecenderungan-kecenderungan yang tak kasat mata namun tertangkap oleh otak jenius berbagai platform berbasis Big Data dan AI.

Pertanyaannya, bila platform-platform itu bisa mengolah big data sebesar 2.5 quintillion bite per hari untuk membuat suatu rekomendasi atau summary dalam waktu 10 detik, bisakah mereka melakukannya untuk sebuah survei realtime tak hanya di 34 ibukota propinsi namun seluruh wilayah Indonesia yang berakses internet? Tak perlu waktu lama bagi saya untuk menjawabnya: BISA!

Saya sudah melihatnya sendiri di Silicon Valley. Dan itu tak serumit yang kita bayangkan. Bagian rumitnya sudah diambil alih oleh AI, kita tinggal memasukkan variabel apa saja yang ingin kita ketahui. Bim Salabim. Benar-benar tak sampai sepuluh detik!

Jadi, masih relevankah lembaga-lembaga survei komersial bila fungsi pekerjaan mereka bisa dilakukan dalam hitungan detik, real-time, jauh lebih akurat, oleh sebuah mesin AI yang terpajang dan beroperasi 24/7 di berbagai platform medsos dan ecommerce saat ini

Pertanyaan ini sangatlah kontroversial – bahkan saya sendiri masih ragu, apakah benar mesin AI sudah sedemikian canggihnya hingga mampu melampaui kemampuan manusia ber-survei.

Presisi, timing, and strategi

Survei tetaplah survei, entah siapa yang mengerjakannya, manusia atau mesin AI. Namun mesin AI menjadikan survei tak lagi hanya sekedar memberikan opini atau rekomendasi, karena saat ini bahkan mesin AI sudah mampu memberikan instruksi atau analisa alternatif tanpa memerlukan data entry tambahan dari kita.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com