Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Boeing Akui Mengetahui Ada Masalah di 737 Max Setahun Sebelum Kecelakaan

Kompas.com - 07/05/2019, 07:10 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber BBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Produsen pesawat asal Amerika Serikat, Boeing, mengaku telah mengetahui masalah terkait 737 Max satu tahun sebelum jenis pesawat tersebut terlibat dalam dua kecelakaan besar, yaitu kecelakaan maskapai Lion Air dan Ethiopian Air.

Akan tetapi, seperti dikutip dari BBC pada Selasa (7/5/2019), Boeing tidak melakukan penanggulangan apapun terkait hal tersebut.

Perusahaan menyatakan secara tidak sengaja membuat fitur alarm pada armadanya dari standar untuk semua unit menjadi opsional. Namun mereka tetap bersikeras hal tersebut tidak membahayakan keselamatan penerbangan.

Seluruh pesawat jenis 737 Max sendiri telah dikandangkan sejak Maret 2019 lalu, setelah kecelakaan yang terjadi pada Ethiopian Airlines yang menewaskan 157 awak pesawat dan penumpang. Sementara lima bulan sebelumnya, sebanyak 189 orang tewas pada kecelakaan yang melibatkan jenis pesawat serupa milik maskapai Lion Air.

Baca juga: Rusdi Kirana: Boeing Anggap Saya seperti Celengan

Secara keseluruhan, saat ini setidaknya terdapat 387 armada pesawat jenis Boeing 737 Max yang dikandangkan di seluruh dunia.

Fitur yang dipermasalahkan merupakan alarm yang disebut Angle of Attack (AOA) Disagree. Fitur ini dirancang untuk memberi tahu pilot ketika terdapat dua sensor berbeda yang melaporkan data yang saling bertentangan.

Boeing menyebut, fitur tersebut direncanakan untuk menjadi standar semua unit. Namun hal itu tidak disadari hingga saat pengiriman pesawat, bahwa ternyata fitur ini tersedia jika maskapai membeli indikator yang bersifat opsional.

Boeing pun mengatakan akan mengatasi masalah tersebut dalam pembaruan peranti lunaknya, juga menegaskan masalah perangkat lunak tersebut tidak memberikan dampak buruk pada keselamatan ataupun pengoperasian pesawat.

Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) pun mengatakan kepada Reuters bahwa Boeing belum memberi tahu masalah perangkat lunak itu sampai November 2018, sebulan setelah Lion Air jatuh.

FAA juga mengatakan masalah tersebut "berisiko rendah", namun juga mengatakan Boeing seharusnya bisa memberikan penjelasan untuk menghilangkan kemungkinan kebingungan oleh pilot yang menerbangan armadanya dengan memberi tahu sebelumnya.

Adapun udut terbang pesawat telah diidentifikasi sebagai faktor dalam dua kecelakaan yang melibatkan dua pesawat produksi Boeing.

Boeing mengatakan bahwa dalam kedua kecelakaan fatal itu, data AOA yang keliru diumpankan ke Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS) dari pesawat, sebuah sistem anti-stall yang telah berada di bawah pengawasan sejak kecelakaan itu.

Saat ini, Boeing sedang mengembangkan perangkat lunak baru untuk MCASnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com