NEW YORK, KOMPAS.com - Generasi milenial dipandang memiliki perilaku yang berbeda dari generasi-generasi sebelumnya. Ini termasuk pula perilaku dalam berinvestasi.
Namun, bukan berarti perilaku investasi milenial tidak patut untuk dipelajari. Generasi-generasi sebelum maupun setelah milenial pun dapat mempelajari perilaku investasi milenial.
Dikutip dari The Balance, Rabu (8/5/2019) berikut ini adalah kebiasaan investasi unik milenial yang patut Anda pelajari.
1. Dana pensiun belum jadi prioritas
Tidak mengejutkan bahwa menyisihkan pendapatan untuk pensiun belum jadi prioritas bagi sebagian besar milenial. Sebuah survei yang dilakukan di AS bertajuk The 18th Annual Transamerica Retirement menyebut hanya 45 persen milenial yang menjadikan dana pensiun sebagai prioritas keuangan mereka.
Sementara itu, 67 persen milenial mengaku membayar utang sebagai prioritas mereka.
Baca juga: 4 Pertanyaan Besar Milenial soal Mengelola Uang
2. Menghindari risiko
Banyak milenial yang masih ingat kondisi krisis keuangan global. Dalam kondisi tersebut, tidak sedikit anggota keluarganya kehilangan harta di pasar modal atau pekerjaan.
Ingatan tersebut membuat mereka menghindari risiko investasi di pasar modal. Survei yang dilakukan Bankrate menyebut bahwa 30 persen milenial memandang uang tunai sebagai investasi favorit mereka, sementara generasi-generasi lainnya menyebut saham.
3. Ingin pensiun tepat waktu atau lebih cepat
Riset menunjukkan bahwa milenial tidak berkeinginan bekerja sampai tua. Meskipun 69 persen generasi baby boomers mengatakan ingin bekerja hingga melampaui usia 65 tahun, namun 58 persen milenial menyatakan ingin sudah pensiun pada usia tersebut.
Hal ini berdasarkan survei bertajuk Transamerica Retirement Survey. Bahkan, banyak milenial yang disurvei mengatakan mereka berharap dapat pensiun lebih cepat.
Baca juga: Milenial, Ini Asuransi Jiwa yang Cocok Untukmu
4. Investasi sosial menjadi penting
Ada peningkatan minat pada investasi yang bertanggung jawab secara sosial, yakni memberikan return berupa kebaikan sosial atau lingkungan. Peningkatan ini berkat meningkatnya minat milenial.
Laporan Morgan Stanley pada 2018 lalu menunjukkan, 86 persen investor milenial tertarik pada investasi berkelanjutan. Morgan Stanley pun menyatakan bahwa milenial dua kali lebih besar kemungkinannya untuk tertarik pada investasi di perusahaan-perusahaan yang menargetkan tujuan sosial maupun lingkungan.
5. Menyukai investasi yang sederhana
Ketika milenial berinvestasi, mereka menghindari investasi yang rumit. Milenial pun menjadi pendorong utama pertumbuhan signifikan pada investasi reksa dana, yang memiliki rasio biaya yang rendah dan dirancang untuk pergerakan indeks individu atau pasar saham secara keseluruhan.
Baca juga: Mau Investasi? Ini Tempat Beli Reksa Dana ‘Online’
6. Minim dana darurat
Anda memang disarankan untuk memiliki dana darurat setara beberpa bulan biaya hidup. Tujuan dana darurat ini adalah untuk digunakan ketika kondisi darurat yang tak diduga, seperti ketika sakit, renovasi rumah, atau ketika kendaraan bermasalah.
Survei yang dilakukan Transamerica menyebut bahwa seperempat milenial hanya memiliki dana darurat kurang dari 1.000 dollar AS atau setara sekira Rp 14,3 juta. Namun, ketimbang generasi-generasi lainnya, milenial lebih cepat menabung.
Secara rata-rata, milenial mulai menabung pada usia 24 tahun. Sementara itu, baby boomers mulai menabung pada usia 35 tahun dan Gen X pada usia 30 tahun.
Baca juga: Kenapa Dana Darurat Penting?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.