BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Inalum

Papua School of Mines, dari Inalum untuk Papua...

Kompas.com - 13/05/2019, 15:19 WIB
Alek Kurniawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Tanah Papua tanah yang kaya

Surga kecil jatuh ke bumi

Seluas tanah sebanyak madu

Adalah harta harapan…

KOMPAS.com – Sebuah penggalan lagu berjudul Tanah Papua yang dipopulerkan oleh Edo Kondologit di atas menggambarkan bahwa Papua diibaratkan surga dunia karena kekayaan alamnya melimpah.

Kekayaan sumber daya alam tersebut di antaranya tanah yang subur, beragamnya biota laut, serta kekayaan tambang yang begitu besar nilainya.

Bagian yang terakhir disebutkan itu bahkan saat ini sedang menjadi buah bibir. Pasalnya, Indonesia  lewat PT Inalum (Persero) pada akhir 2018 baru saja mengakuisisi perusahaan pertambangan di Papua, yakni PT Freeport Indonesia (PTFI) sebanyak 51,2 persen.

Pertanyaan selanjutnya muncul di permukaan adalah seberapa besar manfaat yang diperoleh Papua atas akuisisi tersebut.

Melansir berita Kompas.com, Jumat (21/12/2018), Pemerintah Daerah (Pemda) Papua turut memiliki 10 persen bagian saham PTFI dari total 51,2 persen yang telah dimiliki Inalum.

Dengan begini, gabungan nilai saham antara Inalum dan Pemda Papua tersebut akan menjadikan entitas Indonesia sebagai pengendali mayoritas PTFI.

Selain itu, 10 persen saham Pemda Papua tersebut juga kemudian dibagi menjadi 7 persen untuk Kabupaten Mimika—yang di dalamnya termasuk hak ulayat—serta 3 persen untuk Provinsi Papua.

Melalui saham yang dimiliki, Pemda Papua akan mendapatkan dividen minimal sebesar 100 juta dollar AS atau Rp 1,45 triliun per tahun dengan kurs saat ini yang akan didapatkan setelah tahun 2022, di mana operasional PTFI akan berjalan secara normal setelah masa transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah.

Salah seorang pekerja di PT Freeport Indonesia (PTFI) sedang mengendarai kendaraan khusus tambang di tambang Gresberg, Papua.Dok. Humas PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau INALUM Salah seorang pekerja di PT Freeport Indonesia (PTFI) sedang mengendarai kendaraan khusus tambang di tambang Gresberg, Papua.

Sumber daya manusia

Selain mendapatkan keuntungan finansial dari akuisisi, Papua juga akan mendapatkan manfaat lewat pendidikan-pendidikan yang diberikan oleh Inalum untuk mengembangkan sumber daya manusia di sana.

Adapun dalam rangka menyukseskan program ini, Inalum secara resmi membentuk lembaga riset dan inovasi yang dikenal dengan Mining and Minerals Industry Institute (MMII) sejak 1 Februari 2019.

Executive Director MMII Ratih Amri mengatakan, khusus di Papua, MMII telah memulai perencanaan dengan mempertimbangan untuk mengembangkan Yayasan Nemangkawi Mining Institute yang sudah beroperasi sebelumnya.

“Nantinya, sebagai target jangka panjang Yayasan Nemangkawi Mining Institute akan menjadi cikal bakal dibentuknya Papua School of Mines,” jelas Ratih.

Dalam hal kurikulum dan pengelolaannya, MMII turut menggandeng universitas setempat.

“Secara resmi kami sudah bekerja sama dengan Universitas Cendrawasih (Uncen) per 15 Januari 2019,” lanjutnya.

Ratih menambahkan, tujuan penandatanganan nota kesepahaman tersebut adalah untuk mewujudkan pengelolaan pertambangan, industri, dan energi nasional yang berkelanjutan serta mengembangkan pertambangan yang ramah lingkungan.

Kemudian, untuk mengacu standar internasional, Inalum juga bekerja sama dengan Massachusetts Institute of Technology energy Initiatives (MITEI) dan Western Australian School of Mines.

“Potensi dari kegiatan pertambangan Freeport begitu besar untuk underground mining, untuk itu kita perlu secara serius mengembangkan dan meningkatkan kapabilitas dari sumber daya manusia di Papua,” ujar Ratih.

Selain pendidikan keahlian, lanjutnya, penting bagi MMII untuk membangun kompetensi dari sisi komitmen dan disiplin, atau dalam hal ini kemampuan soft skill dan hard skill.

Meskipun begitu, MMII tidak menjamin adanya kontrak kerja secara langsung kepada masyarakat Papua yang sudah diberikan pendidikan. Hal ini karena tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kapabilitas dari SDM di sana.

“Diharapkan pula, pendidikan ini nantinya bisa memenuhi persyaratan yang dibutuhkan oleh industri dan perusahaan di luar wilayah Papua sehingga tetap membuka kesempatan lulusan Papua School of Mines ini bisa bekerja di anggota Holding industri pertambangan lainnya,” pungkas Ratih.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com