Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Dagang Bisa Perburuk Kondisi Boeing

Kompas.com - 15/05/2019, 06:48 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber CNN

NEW YORK, KOMPAS.com - Boeing merupakan eksportir terbesar Amerika Serikat, dan Cina merupakan salah satu pasar ekspor terpenting bagi produsen pesawat terbang tersebut.

Kembali meningkatnya tensi perdagangan antara Amerika Serikat dan China merupakan kabar buruk bagi perusahaan yang tengah berada dalam masa-masa sulit ini.

Perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dengan China kian memburuk pada Senin (13/3/2019) waktu Amerika Serikat lantaran China memutuskan untuk membalas menerapkan tarif untuk produk impor asal AS.

Sebelumnya, pada Jumat (10/5/2019) Presiden Donald Trump memutuskan untuk kembali menaikkan tarif dari 10 persen menjadi 25 persen untuk 200 miliar dollar AS produk impor asal China.

Pengiriman pesanan Boeing ke China sebelumnya berhasil lolos dari tarif.

Seperti dikutip dari CNN, Rabu (15/5/2019), masih belum jelas bagaimana dampak langsung dari babak baru perang dagang terhadap ekspor mereka ke China.

Namun, jika memang Boeing harus membayar pajak yang lebih tinggi, seharusnya hal tersebut bisa menjadi kunci penting dalam proses negosiasi dagang.

Boeing tidak bisa merelakan pasar China. Namun, salah satu anggota media pemerintah China mengungkapkan, hal tersebut mungkin saja terjadi.

"China bisa jadi berhenti membeli produk-produk pertanian dan energi AS, mengurangi pemesanan Boeing dan melarang perdagangan jasa AS dengan China," ujar editor in chief Global Times Hu Xijin.

China, dengan pertumbuhan travelnya yang pesat merupakan pasar kunci bagi pabrik pesawat. Boeing pun memrediksi, China akan menjadi pasar bagi 1 triliun dollar AS pesawat.

Pada 2037, Boeing memperkiraka China bakal membutuhkan 7.690 pesawat komersil untuk memenuhi kebutuhan pariwisatanya.

Airbus dan produsen pesawat asal China, Comac, bersaing dengan Boeing untuk pasar China yang luas dan berkembang pesat.

Pesawat pertama Comac, yang dirancang untuk bersaing dengan Boeing 737 Max dan Airbus A320, melakukan uji terbang pertama pada tahun 2017. Pesawat ini belum siap untuk layanan komersial, namun Boeing tidak boleh salah mengambil langkah.

Boeing pun mencoba untuk berpikir positif tentang perang perdagangan yang kian memanas.

"Kami yakin AS dan China akan melanjutkan diskusi perdagangan dan mencapai kesepakatan selain menguntungkan produsen dan konsumen AS dan Cina," sebut Boeing dalam keterangan tertulisnya.

Meskipun China akhirnya memutuskan untuk terus membeli pesawat Boeing, China masih bisa meningkatkan tensi dalam perang dagang dengan menolak untuk kembali menerbangkan pabrikan Boeing yang tengah bermasalah, 737 Max.

Saat ini, Boeing tengah berupaya agar pesawat terlarisnya, 737 Max, bisa disertifikasi ulang dan kembali mengudara.

Sebagai informasi, seluruh pesawat Boeing jenis 737 Max dikandangkan setelah kecelakaan yang melibatkan jenis pesawat tersebut milik Ethiopian Airlines. China adalah salah satu negara pertama yang mengkandangkan pesawat tersebut setelah kecelakaan yang terjadi pada 10 Maret 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com