Seringkali di wilayah pedesaan, jarak sekolah dari permukiman cukup jauh. Sementara itu, dengan waktu tempuh yang lama, risiko perempuan terhadap bahaya dan kekerasan semakin meningkat. Mereka bisa saja diculik dan menjadi korban kekerasan seksual di tengah jalan.
Penelitian SMERU lainnya pada 2016 menemukan bahwa kondisi jalan yang lebih baik mempersingkat waktu tempuh siswa dan guru perempuan untuk pergi dari rumah ke sekolah dan sebaliknya. Kondisi jalan yang lebih baik dapat menghemat 30 persen hingga 50 persen waktu perjalanan mereka.
Bukan hanya mengurangi risiko dalam perjalanan, kemudahan akses menuju fasilitas pendidikan, dalam beberapa kasus juga mengurangi jumlah orangtua yang tidak mengizinkan anak perempuannya bersekolah.
3. Akses terhadap pasar
Meningkatnya mobilitas dan transportasi di wilayah desa, bukan hanya mempermudah perempuan untuk bepergian dan melakukan jual beli di pasar, tetapi juga dapat mengundang pembeli dari berbagai wilayah untuk masuk ke desa dan membeli komoditas lokal. Kesempatan ini menguntungkan perempuan desa karena seringkali mereka berperan sebagai penjual.
Salah satu studi SMERU menemukan bahwa terbukanya akses jalan dan transportasi turut merangsang pertumbuhan usaha-usaha kecil yang dimiliki perempuan di sepanjang jalan yang diperbaiki.
Sebagai contoh, studi tersebut menemukan kios kecil yang menjual bahan makanan pokok dan makanan, sebagian besar dikelola oleh perempuan.
4. Akses terhadap kegiatan sosial dan politik desa
Bagi perempuan, terutama yang aktif dalam kegiatan desa, kondisi jalan yang baik sangat penting untuk mendukung mobilitas mereka.
Temuan SMERU menunjukkan akses jalan yang baik turut mendukung kegiatan sosial perempuan di desa. Mereka biasanya menggunakan jalan tersebut untuk menghadiri arisan desa, kegiatan agama, maupun berkunjung ke desa-desa tetangga untuk melakukan kegiatan dan berbagi pengetahuan.
Dengan terlibat dalam kegiatan sosial dan politik, perempuan desa dapat mengalami peningkatan kapasitas dan kepercayaan diri, terutama dalam hal pengambilan keputusan.
Temuan SMERU di atas senada dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui dampak pembangunan infrastruktur terhadap pemberdayaan perempuan.
Perlu kita pahami bahwa pola mobilitas perempuan cenderung berbeda dibanding laki-laki. Perempuan menghadapi beberapa kendala seperti adat dan norma sosial, beban rumah tangga, maupun keamanan sarana transportasi, yang membatasi mobilitas mereka.
Misalnya, perempuan biasanya masih terkendala untuk bepergian karena tersandera pekerjaan rumah tangga yang harus mereka selesaikan.
Membangun akses jalan berarti menghilangkan salah satu hambatan mobilitas perempuan. Waktu perjalanan yang lebih singkat akibat kondisi jalan dan transportasi yang baik juga berpotensi mengentaskan kemiskinan waktu yang sering dialami perempuan. Pembangunan jalan memungkinkan perempuan lebih mudah melakukan kegiatan di luar peran domestik mereka.