Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Perang Dagang akan Lebih Rugikan AS Ketimbang China

Kompas.com - 16/05/2019, 19:13 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perang dagang dalam satu minggu terakhir kian memanas.

Pekan lalu Amerika Serikat memutuskan kembali menaikkan tarif untuk produk impor asal China senilai 200 miliar dollar AS dari 10 persen menjadi 25 persen. Lalu, China pun membalas dengan menaikkan tarif dalam besaran yang sama untuk 60 miliar dollar AS produk impor asal AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai, perang dagang yang berlarut-larut kali ini cenderung akan lebih merugikan pihak Amerika Serikat (AS) dibandingkan China. Pasalnya, China dinilai lebih mampu melakukan diversifikasi ekspor ke sejumlah negara selain AS.

Selain itu, pemerintah China juga dalam beberapa tahun terakhir telah melakukan upaya untuk menjaga agar perlambatan ekonomi Negara Tirai Bambu tersebut agar tidak lebih dalam. Caranya dengan memberi stimulus pajak berupa pemotongan pajak untuk mendorong permintaan domestik.

Baca juga: Ekonomi AS dan China Sama-sama Terpukul akibat Perang Dagang

"Demikian juga dari bank sentralnya, People's Bank of China (PBoC) yang menstimulus dari sisi moneter termasuk menurunkan reserve requiremet. Stimulus-stimulus dari sisi moneter dan fiskal ini yang kemudian memang bsia menjaga perlambatan ekonomi China tidak lebih dalam," ujar Perry ketika memberikan paparan hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Kamis (16/5/2019).

Dengan berbagai langkah kebijakan yang telah dilakukan, dampak perang terhadap perekonomian China tak akan sesignifikan negara lainnya.

Sementara AS, menurut Perry akan terdampak baik secara langsung maupun dari segi pengalihan perdagangan ole negara-negara rekanan dagangnya di dunia.

Baca juga: Menurut Trump, AS Bisa Menang Perang Dagang dengan China jika....

Perry pun menilai, perang dagang juga berdampak cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Bahkan, BI merevisi proyeksi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dari yang sebelumnya 2,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) menjadi 2,5-3 persen hingga akhir tahun.

"Bagaimanun juga sleuruh dunia tidak bisa menafikkan perlambatan ekonomi dunia, perang dagang antara Amerika Serikat dan China, berdampak ke seluruh dunia baik dari sisi trade maupun finansial. Bahwa sumber pertumbuhan yang berasal dari ekspor semakin sulit dijadikan andalan. Itulah kenapa perkembangan-perkembangan itu sekaligus menjawab kenapa kami melakukan revisi CAD," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com