Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Lahan Pertanian Makin Berkurang, Kementan Siapkan Langkah Ini

Kompas.com - 21/05/2019, 13:07 WIB
Mico Desrianto,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mengimbau seluruh daerah di Indonesia untuk mempertahankan lahan pertaniannya.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, hal tersebut karena semakin berkurangnya luas lahan baku sawah di Indonesia.

"Berdasarkan pemotretan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Informasi Geospasial (BIG), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) luas lahan baku sawah Indonesia turun menjadi 7,1 juta hektar (ha) dari 7,75 juta ha pada 2013," ujar Sarwo di Sawahlunto, Sumatera Barat, sesuai dengan rilis yang Kompas.com terima, Selasa (21/5/2019).

Khawatir akan semakin parah, lanjut Sarwo, dirinya mengingatkan pelaku usaha dan masyarakat mematuhi ketentuan di dalam Undang-Undang, Nomor 41, Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).

Dalam aturan tersebut disebutkan, LP2B dapat diubah hanya dengan dua alasan, yaitu bencana alam dan pembangunan infrastruktur untuk kepentingan umum.

"Guna menjaga stabilitas pangan, perubahan lahan harus diikuti substitusi dengan lahan yang sama di lokasi lain," lanjut Sarwo.

Dana Alokasi Khusus

Selain melakukan peringatan, Kementan berencana meninjau ulang Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk sarana dan prasarana pertanian.

Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, menjadi salah satu daerah yang tengah dicoba mengingat kebijakan DAK sudah tidak ada lagi.

Sebagai informasi, areal persawahan di Sawahlunto saat ini sangatlah terbatas, hanya 1680 ha di empat Kecamatan. Rincianya adalah 918 ha merupakan areal sawah tadah hujan, dan sawah irigasi hanya 762 ha.

Hal tersebut semakin diperparah akibat semakin banyaknya masyarakat yang ingin mengalihkan fungsi sawah mereka menjadi perumahan atau tempat usaha.

"Jalan-jalan pertanian yang selama ini memakai DAK sekarang sudah tidak bisa dipakai lagi," ujar Wakil Walikota Sawahlunto, Zohirin Sayuti.

Untuk itu sudah sewajarnya Pemerintah Kota (Pemkot) Sawahlunto melakukan kajian agar dapat kembali menerima DAK.

"Meski ini akan memakan waktu, tenaga dan pemikiran, kajian ini harus sudah selesai pada 2020 nanti. Jika tidak, akan berdampak pada kegagalan DAK turun ke daerah kita," ucap Zohirin.

Selain mengupayakan DAK, Zohirin mengaku jika Pemkot Sawahlunto tengah melakukan kajian dan mempersiapkan rancangan peraturan daerah (Ranperda) tentang LP2B.

Untuk merealisasikan hal tersebut, pihaknya menggandeng Universitas Andalas (Unand) guna merencanakan pemetaan dan kajian lahan pertanian yang ada.

"Sehingga dapat menemukan program yang terukur dan berdampak langsung dalam peningkatan ekonomi disektor pertanian," tutup Zohirin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

Whats New
Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Whats New
Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Whats New
Nasabah Kaya Perbankan Belum 'Tersengat' Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Nasabah Kaya Perbankan Belum "Tersengat" Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Whats New
Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com