Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Perang Promo Ojek Online, Ini Kata Para Pengemudi

Kompas.com - 21/05/2019, 13:49 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 348 Tahun 2019 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Jasa Penggunaan Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat yang Dilakukan dengan Aplikasi.

Per 1 Mei 2019, dua ojek online, Grab dan Go-Jek, telah menerapkan tarif baru tersebut.

Namun, beredar di media sosial bahwa naiknya tarif membuat ojol sepi order. Masyarakat memilih menggunakan transportasi umum lain agar lebih hemat.

Grab dan Go-Jek saling bersaing menggaet penumpang dengan memberikan promo. Tapi, benarkah kenaikan tarif tersebut membuat order sepi?

Baca juga: Mantan Ketua KPPU Minta Kemenhub Atur Promo Ojek Online

Deni (38), salah satu driver Go-Jek, menyatakan bahwa sebenarnya kenaikan tarif tak begitu berpengaruh pada pesanan. Ia sendiri tak mengalami sepi pesanan karena tak pernah pilih-pilih permintaan yang masuk. Menurut dia, sepi atau tidaknya order tergantung pengemudi sendiri.

"Semakin driver rajin, makin ada order dikasih. Apalagi kalau dia tahu titik yang ramai diorder, pasti ada terus (pemesannya)," ujar Deni, kepada Kompas.com.

Deni mengatakan, Go-Jek sempat tiga hari melakukan uji coba tarif baru. Namun, setelahnya kembali ke tarif lama. Ia pribadi mengaku tak mempermasalahkan tarif yang lebih tinggi atau yang berlaku saat ini. Menurut dia, yang terpenting adalah minat masyarakat masih tinggi untuk menggunakan ojek online.

Baca juga: RISED: 75 Persen Konsumen Tolak Kenaikan Tarif Ojek Online

Menurut dia, agar persaingan lebih sehat, lebih baik penyedia aplikasi menyamaratakan tarif ojol.

"Menurut saya kebijakannya diratain saja. Maksudnya, ketika tarif naik tapi order tidak ada, kan percuma," kata Deni.

"Mending tarifnya standar tapi order ada terus. Customer kan lebih milih tarif yang lebih murah, apalagi ada kompetitor," kata Deni.

Hal senada disampaikan Muhammad Kriswiyanto (39) yang juga driver Go-Jek. Ia sendiri tak mengalami masalah sepi order saat Go-Jek menaikkan tarif. Sebab, menurut dia, ojol sudah menjadi kebutuhan yang tak bisa terlepas dari keseharian masyarakat.

Meski begitu, ia sepakat tarif ojol seharusnya dipukul rata. Jadi tarif antara Grab dan Go-Jek setara.

Baca juga: Luhut: Ojek Online Minta Jadi Transportasi Umum? Kita Tunggu Kajiannya

Menurut dia, yang menjadi masalah bukan hanya soal tarif, melainkan juga promo. Dia menyebut, promo yang diberikan kompetitor sangat memengaruhi order yang masuk ke aplikasinya.

Dengan adanya promo potongan harga atau bundling paket perjalanan, secara otomatis pelanggan akan lari ke kompetitor.

"Kalau disamaratakan promonya sebenarnya bisa lebih sejahtera kami (driver)," kata Kriswiyanto.

Oleh karena itu, menurut dia, Kemenhub tak hanya mengatur soal tarif, tapi juga promo yang diberikan penyedia aplikasi ojol. Dengan adanya pengaturan promo yang masuk akal dan tak memberatkan kompetitor, kesejahteraan driver lebih merata.

"Jadi tidak ada kecemburuan sosial, tidak ada persaingan tidak sehat di antara driver. Kalau seimbang promonya diatur Kemenhub, akan sejahtera driver-nya," kata Kriswiyono.

Baca juga: Apakah Tarif Ojek Online yang Baru Sudah Ideal?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

Whats New
Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Whats New
Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Whats New
Nasabah Kaya Perbankan Belum 'Tersengat' Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Nasabah Kaya Perbankan Belum "Tersengat" Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Whats New
Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com