Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpukul Perang Dagang, Singapura Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Kompas.com - 21/05/2019, 16:50 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber CNBC

SINGAPURA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi Singapura mencapai level terendah dalam satu dekade pada kuartal I 2019. Ini sejalan dengan terkontraksinya sektor manufaktur akibat perang dagang AS dan China.

Akibatnya, Singapura harus memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2019.

Dilansir dari CNBC, Selasa (21/5/2019), pertumbuhan ekonomi Singapura tercatat sebesar 1,2 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal I 2019. Angka ini lebih rendah dari estimasi pemerintah, yakni 1,3 persen.

Realisasi pertumbuhan ekonomi Singapura pada kuartal I 2019 merupakan yang terendah sejak April-Juni 2009. Kala itu, pertumbuhan ekonomi negara tetangga Indonesia tersebut mencapai 1,7 persen.

Baca juga: Singapura Masih Jadi Negara dengan Investasi Terbesar di Indonesia

Pemerintah pun merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019, yakni berkisar antara 1,5-2,5 persen. Sebelumnya, pemerintah Singapura mematok pertumbuhan ekonomi mencapai 1,5-3,5 persen pada tahun ini.

"Ketidakpastian dari ketegangan perdagangan (antara AS dan China) telah memengaruhi sektor-sektor yang menjadi tumpuan Singapura dalam dua tahun terakhir," kata Jeff Ng, kepala riset Asia di Continuum Economics.

Menurut Ng, outlook perekonomian Singapura saat ini cukup "berawan."

Baca juga: Ibu Kota Pindah, Jakarta Bisa Makin Bersaing dengan Singapura

Layaknua negara-negara lain di kawasan yang sangat bergantung pada sektor perdagangan, perekonomian Singapura terpukul keras dampak perang dagang AS dan China. Perang dagang telah mengganggu rantai pasok global, investasi global, serta laba korporasi.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com