KETIKA berbuka puasa bersama Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Presiden Joko Widodo menekankan tentang dua peran utama sebagai pemimpin.
Peran pertama dan ini paling penting bagi seorang pemimpin adalah kemampuan eksekusi. Peran kedua adalah kecakapan manajerial.
Gabungan dari kemampuan eksekusi dan kecakapan manajerial ini yang menjadikan pemimpin mampu mengelola semua persoalan dengan program-program yang jelas dan kemudian menyelesaikan (eksekusi) dengan benar. (Kompas.com, 26/05/2019).
Pemimpin sebagai eksekutor sudah lama dipahami orang. Bahwa pada ujungnya memang tindakan melakukan eksekusi itu yang akan memberi hasil pada kepemimpinnya.
Baca juga: 5 Kriteria ini Wajib Anda Punya bila Ingin Jadi Pemimpin
Ketika Ram Charan, pelatih (coach) organisasi paling disegani di dunia, berkolaborasi dengan Larry Bossidy, salah satu pemimpin bisnis (CEO) terbaik di dunia, menulis buku dengan tajuk “Execution: The Discipline of Getting Things” pada tahun 2002, mantra bernama eksekusi menjadi pembicaraan paling hangat bagi pemimpin.
Layak disebut pemimpin apabila ia mampu melakukan eksekusi dengan benar.
Pada organisasi apapun – mulai dari negara, perusahaan hingga yayasan sosial – tahapan menyusun rencana strategis organisasi selalu dimulai dari visi. Inti dari visi adalah kemana organisasi itu ingin menuju.
Untuk negara Indonesia, visi besarnya adalah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (Pembukaan UUD 1945).
Agar tidak berhenti sebatas visi maka disusun rencana yang sifatnya jangka panjang, menengah dan pendek. Dalam menyusun rencana ini semua ide, gagasan, konsep, ramalan, hingga proyeksi ke depan mendapat tempat untuk didiskusikan.
Masukan dari berbagai pendekatan (ekonomi, sosial, budaya, politik, teknologi) menjadikan rencana semakin komprehensif. Selesai membuat rencana kerja, tahap selanjutnya adalah eksekusi.
Dapat dipastikan setiap pemimpin mampu membuat visi dan perencanaan. Apalagi bila sang pemimpin memiliki tim kerja yang cerdas dan solid. Dalam pembuatan visi dan perencanaan nyaris tanpa risiko. Pun kesalahan belum ditemukan karena masih terbatas pada konsep kerja.
Baca juga: Servant Leadership: Merindukan Pemimpin Yang Tidak Egois
Ketika masuk pada tahap melakukan eksekusi ini, kapasitas pemimpin diuji, apakah ia layak disebut pemimpin sejati atau justru kebalikannya. Risiko dan kesalahan muncul saat eksekusi. Hasil juga ditentukan dari ketrampilan pemimpin melakukan eksekusi. Itulah sebabnya bagi Presiden Jokowi eksekusi menjadi peran paling penting bagi pemimpin.
Bagaimana pemimpin dapat melakukan eksekusi dengan benar dan semua yang direncanakan dapat diraih dengan lebih maksimal? Ram Charan dan Larry Bossidy memberi tiga formula.
Formula pertama, disiplin. Oleh guru kepemimpinan Jim Collin, disiplin terhubung dalam tiga ranah: pikiran, manusia dan aksi. Dimulai mendisiplinkan pikiran untuk meraih terbaik dan bertumbuh berkelanjutan.
Selanjutnya mendisiplinkan diri sendiri dan tim kerja sehingga tetap fokus pada apa yang sudah direncanakan. Diteruskan disiplin dalam aksi sehingga apa yang sudah direncakan dapat diselesaikan dengan tuntas.