Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Bahagia dengan Pekerjaan Anda, Mungkin Ini 5 Penyebabnya

Kompas.com - 05/06/2019, 07:28 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber HerMoney

"Orang ingin didengarkan. Gaji pokok adalah cara untuk memikat seseorang agar bekerja di sebuah perusahaan. Namun, jika melihat apa yang membuat seseorang bertahan pada pekerjaan itu, gaji pokok saja tidak cukup. Orang ingin tahu bahwa opininya didengar," terang Sandy Mazur, presiden divisi di Spherion Staffing Services.

Mazur menyarankan Anda bertanya pada atasan terkait bagaimana Anda bisa berkontribusi lebih. Berikan ide-ide bagaimana proses bisa diselesaikan lebih efisien.

"Apakah Anda punya ide untuk produk baru? Tarik napas dalam-dalam. Ketika pekerjaan tak sekedar gaji, maka Anda butuh sesuatu untuk merasa lebih utuh," tuturnya.

Baca juga: Survei: Sebagian Besar Milenial Hidup dari Gaji ke Gaji

4. Ketika Anda bilang, "Saya merasa terjebak di pekerjaan ini"

Sebuah studi yang dilakukan Spherion bertajuk Emerging Workforce Study menemukan bahwa satu dari empat pekerja menilai kepuasan kerja mereka cukup atau kurang. Ini menunjukkan kebosanan yang dirasakan para pekerja.

"Ketika Anda menghabiskan waktu melakukan hal yang membosankan, ini memengaruhi bagian lain dalam hidup Anda. Anda merasa sangat lelah, bukan karena lelah, tapi karena tidak bisa keluar dari rutinitas," ucap Nicole Williams, pakar karier dan penulis buku Girl on Top.

Untuk memotivasi diri, carilah mentor atau hadirilah seminar terkait karier yang akan mengingatkan Anda tentang mengapa Anda memilih profesi ini. Atau Anda juga bisa menjadi mentor bagi diri sendiri.

Baca juga: Mulai Bosan dan Jenuh di Tempat Kerja? Lakukan ini

Jika itu tidak ampuh, berhenti cari inspirasi di dalam kantor atau perusahaan. Tantang fisik Anda dengan berolahraga atau melakukan sesuatu yang Anda sukai.

"Ketika Anda terlibat pada sesuatu yang menarik bagi Anda, maka hari-hari kerja Anda tidak terasa membosankan," terang Williams.

5. Ketika Anda bilang, "Saya benci bos saya"

Ini artinya atasan Anda tidak benar-benar menyadari upaya Anda, sehingga Anda merasa tidak diapresiasi. Selain itu, Anda juga bisa membenci atasan bila gaya kepemimpinanya tidak sejalan dengan kepribadian Anda.

Meski demikian, kata Williams, sebenarnya kebencian bisa dijembatani dengan komunikasi. Pasalnya, kerap kali atasan tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya menimbulkan masalah.

"Misalnya, jika bos Anda tukang teriak-teriak, maka sebaiknya Anda berkata padanya, 'Saya tahu Anda pasti frustrasi, dan saya tahu pekerjaan ini sulit, tapi saya akan berkinerja lebih baik jika Anda tidak meneriaki saya'," saran Williams.

Salah satu klien Williams mencoba cara ini dan sukses. Secara mengejutkan, ada umpan balik yang positif terkait pembicaraan tersebut.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com