Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

Bangsa yang Bernyali: I Dare You!

Kompas.com - 05/06/2019, 08:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

CRA menjadi seperti pusat pengetahuan serta sertifikasi bagi bisnis-bisnis global yang akan masuk berinvestasi di China, serta bagi bisnis-bisnis global yang akan berhubungan dengan perusahaan dan orang-orang (konsumen) China di negara-negara mereka sendiri.

CRA memberi info dengan tepat, misalnya soal keinginan turis-turis asal China apa saja saat mereka akan pergi ke Amerika. Dengan demikian, para pebisnis di Amerika, misal pengusaha restoran atau hotel di Amerika, akan menyiapkan segala sesuatunya agar menarik untuk dikunjungi oleh turis-turis asal China tersebut.

Pun demikian dengan investor asing yang akan masuk ke China. Mereka akan difasilitasi untuk mengenal lebih dekat bagaimana berinvestasi di China dengan pendekatan preferensi serta budaya orang-orang China.

Dengan insisiatif CRA ini, jadi siapa yang lebih xenophobic? Amerika, atau China?

Bagaimana Indonesia bisa belajar?

Pemerintah kita saat ini sangat bertaji. Tanpa harus berkonfrontasi head-to-head dengan negara-negara besar, pemerintah telah mengirimkan pesan ke seluruh dunia. Pesannya sangat sederhana, “Are You Indonesia-Ready?” Apakah kalian (negara-negara sahabat) siap berhubungan bisnis dengan Indonesia?

Dengan gencarnya pemberantasan illegal fishing di perairan Indonesia, pencegatan barang-barang haram dari pos-pos perbatasan dengan negara tetangga, pembangunan serta modernisasi semua tapal batas terluar Indonesia, serta menjadi tuan rumah untuk event-event besar skala global seperti IMF-World Bank Meeting, Asian Games, KTT APEC dan Non-Blok, Indonesia sudah tak main di liga kecil lagi.

Sadar atau tidak, Indonesia sudah layak menjadi naga baru. Siapa tak tergiur dengan pasar sebesar 260 juta konsumen yang hampir seperempatnya adalah kelas menengah?

Masih ingatkah kita saat Presiden Jokowi marah-marah karena mendengar bahwa China mengklaim Pulau Natuna sebagai bagian dari Laut China Selatan? Beberapa waktu kemudian beliau benar-benar naik kapal perang menuju Pulau Natuna, dan setelah itu lima kapal perang ditambahkan untuk mengamankan perairan di sekitar Natuna.

Apakah lalu Indonesia dan China menjadi bermusuhan? Tidak. Dengan kedewasaan yang sama, keduanya tetap saling menyegani, menghormati satu sama lain. Yang satu menanyakan “are you China-ready?” Yang satunya membalas dengan pertanyaan yang sama, “are you Indonesia-ready?

Seorang Jokowi memang bukan Ren Zhengfei. Indonesia memang bukanlah Huawei, pun sebaliknya. Tapi kedua pemimpin ini punya nyali yang sama besarnya, dan tahu betul bahwa kemakmuran dunia ini hanya bisa dirajut dengan kolaborasi, bukan persaingan otot. Pikiran dan persepsi ini sangat penting.

Benarlah kata-kata Ren Zhengfei, ‘What is bigger than the world? It’s our mind.”

Nyali dibentuk oleh pikiran-pikiran kita tentang banyak hal. Dana Huawei tergolong kecil dibanding dana perusahaan-perusahaan raksasa di Silicon Valley, tapi Huawei tak pelit berinvestasi untuk R&D di teknologi-teknologi terbaru. Kurva belajarnya sangat tinggi. Pertumbuhannya gila-gilaan.

Dan inilah salah satu kunci negeri kita ini untuk menjadi garda depan ekonomi global: investasi di R&D, investasi di pengembangan SDM, dan investasi di pusat-pusat pendidikan vokasi. Perlu nyali dan keyakinan yang besar untuk itu. Kita pasti bisa.

What is bigger than fear? It’s our own fear.

Semper Fi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com