Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mei 2019, Indeks Manufaktur RI Capai Titik Tertinggi dalam 9 Bulan

Kompas.com - 09/06/2019, 15:52 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan sektor manufaktur kembali menguat pada Mei 2019. Nikkei dan IHS Markit merilis Purchasing Managers index(PMI) Manufaktur Indonesia mencapai posisi tertinggi dalam sembilan bulan terakhir yakni 51,6.

Kendati begitu, Nikkei dan IHS Markit mencatat perbaikan kondisi sektor manufaktur masih dalam tingkat sedang. Posisi tersebut naik dari bulan sebelumnya yang tercatat sempat turun di level 50,4, padahal pada Maret 2019 indeks manufaktur mencapai 51,2.

Menurut data PMI, kondisi bisnis yang dihadapi pelaku industri manufaktur Indonesia terus membaik pada pertengahan menuju kuartal II 2019. Pendorong peningkatan tersebut adalah ekspansi yang kuat pada output dan pertumbuhan permintaan baru.

Baca juga: BI: Kuartal I 2019, Kinerja Manufaktur RI Meningkat

Sementara itu, kepercayaan diri perusahaan juga melonjak sehingga perusahaan meningkatkan jumlah tenaga kerja.

"Menurut data survei PMI dari Nikkei, pertumbuhan di sektor manufaktur Indonesia mengumpulkan momentum pada pertengahan triwulan kedua. Pertumbuhan output mengalami akselerasi, dibantu oleh ekspansi terbaru pada permintaan baru," ujar Kepala Ekonom IHS Markit Bernard AW dalam rilis resmi yang dikutip Kontan.co.id, Minggu (9/6/2019).

Setelah penurunan kecil pada April 2019, arus permintaan baru naik pada laju tercepat selama sembilan bulan terakhir. Kenaikan permintaan tersebut mendorong pelaku manufaktur menaikkan produksi pada laju tercepat selama satu tahun.

Menanggapi kenaikan persyaratan produksi, perusahaan menaikkan aktivitas pembelian dan mengumpulkan stok input. Pertumbuhan output yang cepat juga berperan dalam membangun inventori barang jadi untuk pertama kalinya dalam kurun 1,5 tahun terakhir.

Baca juga: Ekspansif, Industri Manufaktur Masih Topang Pertumbuhan Ekonomi

Ketenagakerjaan juga tumbuh pada kecepatan stabil.

Kondisi permintaan yang semakin kuat juga mendorong kenaikan penumpukan pekerjaan untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir. Di sisi lain, meskipun terjadi kenaikan input, rantai pasokan tidak mengalami tekanan.

Sebaliknya, menurut bukti anekdotal, waktu pengiriman barang lebih baik karena akselerasi pengiriman yang lebih cepat dan efisien.

"Ini menunjukkan bahwa perusahaan mungkin akan terus meningkatkan produksi pada bulan-bulan mendatang. Kenaikan yang berlanjut ini juga meningkatkan kepercayaan diri di antara pelaku manufaktur Indonesia," ujar Bernard.

Baca juga: Februari 2019, Aktivitas Manufaktur Indonesia Masih Stagnan

Indeks output masa depan sebagai tolok ukur ekspektasi bisnis melonjak ke posisi tertinggi selama lebih dari dua tahun. Ini menjadi kenaikan bulanan tertinggi yakni 15,6 poin yang tercatat dalam riwayat survei.

Sekadar informasi, pada April 2019 indeks output masa depan tercatat tepat di atas titik netral 50.

Alasan lonjakan kepercayaan bisnis antara lain peluncuran produk baru, perkiraan kenaikan penjualan, perbaikan kualitas produk, aktivitas pemasaran yang lebih besar dan antisipasi stabilitas pasca pemilu.

Dari segi harga, biaya input naik untuk pertama kalinya sejak bulan Februari 2019, dan pada kisaran tercepat selama enam bulan. Akibatnya biaya output juga naik pada laju yang lebih cepat.

Depresiasi nilai tukar rupiah dan kenaikan harga bahan baku juga menjadi penyebab utama inflasi. (Benedicta Prima)

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: PMI manufaktur Indonesia bulan Mei 51,6, tertinggi dalam sembilan bulan terakhir

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com