Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diskon Ojek Online yang Bikin Kecanduan...

Kompas.com - 12/06/2019, 13:30 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa yang bisa menolak promo potongan tarif ojek online (ojol)? Diskon tersebut selalu dimanfaatkan pengguna, terutama di jam-jam sibuk. Sebab, biasanya di jam sibuk tarif ojol sedikit naik.

Namun, aplikator juga membatasi maksimal penggunaan voucher atau kode promo perhari. Pun tak selalu promo diskon tersebut diberikan, misalnya sebulan sekali atau ada momentum tertentu yang bisa dikaitkan dengan promo.

Grab pernah memberikan diskon tarif 80 persen hingga Rp 8.000 di bulan Ramadhan dengan transaksi menggunakan OVO. Go-Jek pun, biasanya sebulan sekali memberikan hingga 10 voucher diskon.

Novie (27), salah satu pengguna setia ojek online mengaku sangat terbantu dengan adanya potongan tarif dari aplikator.

"Aku anaknya tim promo banget. Promo diskon itu sangat membantu buat aku yang tiap hari naik ojol," ujar Novie kepada Kompas.com, Rabu (12/6/2019).

Hampir setiap hari Novie menggunakan ojek online untuk berangkat kerja. Sebenarnya ia menggunakan Commuter Line menuju tempat kerjanya di bilangan Jakarta Pusat, namun ia perlu menggunakan ojol untuk mengangkutnya dari rumah ke stasiun terdekat.

Jika tanpa promo, tarifnya bisa mencapai Rp 15.000-Rp 18.000 per perjalanan. Sementara jika memasukkan kode promo atau menggunakan voucher diskon, tarif yang dia bayar bisa di bawah Rp 10.000.

"Itu kan potongannya lumayan banget. Tapi kadang kalau promonya habis ya pakai tarif biasa," kata Novie.

Menyusul wacana pengaturan diskon ojol oleh Kementerian Perhubungan, Novie berharap hal tersebut tak lantas menghapuskan sama sekali diskon tersebut. Sebab, ia merasa berat di ongkos jika harus membayarkan sesuai tarif normal setiap hari. 

"Kalau misalnya enggak ada promo lain, mungkin masih tetap pakai (ojol) sih. Tapi mungkin diakalin, misal pulangnya pakai kendaraan umum saja," kata Novie.

Sementara itu Puti (22), karyawan swasta, juga mengaku kecanduan menggunakan diskon ojol. Bahkan, dia niat mencari-cari kode promo ojol maupun untuk layanan antar makanan di media sosial.

Puti mengaku sangat terbantu dengan adanya potongan tarif karena mobilitasnya yang tinggi. Dalam sehari, setidaknya ia harus menggunakan ojol hingga empat kali.

"Saya pokoknya cari yang kasih promonya termurah. Sampai bandingin dulu murah mana Grab sama Go-Jek," kata Puti

Puti sangat menyayangkan jika diskon ojol nantinya diatur oleh pemerintah. Apalagi belum lama ini Kemenhub mengeluarkan aturan tarif baru yang lebih tinggi dari sebelumnya. Kalaupun diskon dihapuskan, Puti berharap disusul dengan turunnya tarif ojol sehingga tak terlalu membebaninya,

"Kalau tarifnya masih tinggi, kayaknya nih bakal beralih ke angkot aja. Tapi ya harus berangkat lebih awal," kata Puti.

Tak Hanya soal Tarif

Kompas.com sebelumnya pernah mewawancarai salah satu mitra driver Go-Jek bernama  Muhammad Kriswiyanto (39) mengenai perang tarif ojol. Menurut dia, yang menjadi masalah bukan hanya soal tarif, melainkan juga promo.

Dia menyebut, promo yang diberikan kompetitor sangat memengaruhi order yang masuk ke aplikasinya. Dengan adanya promo potongan harga atau bundling paket perjalanan, secara otomatis pelanggan akan lari ke kompetitor.

Oleh karena itu, menurut dia, Kemenhub tak hanya mengatur soal tarif, tapi juga promo yang diberikan penyedia aplikasi ojol. Dengan adanya pengaturan promo yang masuk akal dan tak memberatkan kompetitor, kesejahteraan driver lebih merata.

"Jadi tidak ada kecemburuan sosial, tidak ada persaingan tidak sehat di antara driver. Kalau seimbang promonya diatur Kemenhub, akan sejahtera driver-nya," kata Kriswiyono.

Nampaknya, harapan tersbeut dikabulkan Kemenhub. Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengungkapkan, Kemenhub tengah mematangkan regulasi melalui Peraturan Menteri (Permen) mengenai aturan pemberian diskon atau promo bagi transportasi online.

Ia menyebutkan, diskon besar-besaran yang diberlakukan pada transportasi online justru mematikan dua aplikator Gojek dan Grab.

"Karena kalau diskon ini cenderung jor-joran (gila-gilaan) bukan untuk marketing, itu akan mematikan di antara dua ini, yang saling ingin ada persaingan yang tidak sehat," ujar Budi.

Sistem pemberian diskon dinilai menyebabkan potensi marketing menjadi tidak sehat. Kemenhub menginginkan adanya keseimbangan dalam tarif transportasi online. Di sisi lain, aplikator juga membangun kepercayaan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang lebih baik. Sebagai hadiah atas loyalitas pengguna, aplikator bisa memberikan perjalanan gratis.

"Misalnya dengan ada 10 kali naik bisa dapat 1 kali gratis gitu. Tapi kalau (diskon) sampai Rp 0 atau Rp 1, ini tidak boleh," ujar Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com