Seiring waktu, industri hi-tech di Indonesia bergerak sangat cepat, banyak investor asing masuk Batam, Semarang, Jabodetabek, Bali, dan barangkali bila saat ini akan banyak bangun pabrik barang-barang berteknologi tinggi pun, kita tak harus memanggil pulang hot-brains Indonesia yang sedang berkarya di Silicon Valley, Seattle, Guangzhou, Shenchen atau bahkan di pusat-pusat teknologi dunia.
Kampus-kampus dalam negeri saat ini sudah siap mensuplai hot-brains untuk pabrik-pabrik baru itu. Jadi, mengapa harus panggil para perantau teknologi itu pulang kempung?
China dan India tak memanggil pulang jenius-jenius mereka dari Silicon Valley atau pusat-pusat bisnis dan teknologi dunia. Justru dengan cara itu, mereka telah menghadirkan China dan India ke Silicon Valley, ke Wall Street, Hollywood, London, Frankfurt, Chicago, you name it, you have it…!
Bayangkan suatu saat di masa depan kita akan melihat kehadiran Indonesia yang sangat kuat di tempat-tempat itu, dan brand-portfolio terkuatnya bukan ekspor produk-produk teknologinya, tetapi SDM-nya. Biarkan mereka menjadi perpanjangan tangan masyarakat bisnis Indonesia untuk masuk ke kancah global.
Sekali lagi, jangan suruh mereka pulang kalau kita tidak siap menerima ambisi dan visi mereka.
Tahukah para pembaca yang budiman? Sebelum Sundar Pichai pada akhirnya diangkat menjadi CEO Google di tahun 2015 untuk menggantikan Larry Page, setahun sebelumnya Microsoft meminangnya untuk posisi yang sama.
Bayangkan, bila nama India dalam diri seorang Sundar Pichai dipinang dua raksasa teknologi, mengapa tanah India harus memanggilnya pulang. Bukankah lebih baik Sundar Pichai tetap berada di Silicon Valley dan menjadi jembatan bagi otak-otak encer serta perusahaan-perusahaan startup India masuk ke pasar global?
Hanya semesta yang tahu. Semper Fi!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.