Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Tiru Cara Australia untuk Bangun SDM

Kompas.com - 13/06/2019, 20:53 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2019, masalah sumber daya manusia menjadi fokus utama pemerintah. Membangun kualitas SDM yang baik penting untuk bisa bersaing di dunia kerja.

Di sisi lain, pemerintah terus menggenjot penciptaan lapangan kerja yang lebih luas.

Masalah penciptaan lapangan kerja dan membangun SDM ini menjadi fokus Indonesia Development Forum yang akan digelar Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada Juli mendatang.

Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, Australia menjadi salah satu negara yang patut dicontoh dalam membangun kualitas SDM yang dibutuhkan di dunia kerja.

Negara tersebut sangat concern pada vokasi. Bahkan, mereka memiliki sekumpulan institusi yang menyediakan berbagai kursus pendidikan tersier vokasi di Australia bernama Technical and Further Education (TAFE).

Di Indonesia, TAFE mirip seperti politeknik, namun lulusannya memiliki sertifikasi kompetensi keahlian tertentu.

"TAFE ini yang bisa mengurangi pengangguran di Australia karena banyak menciptakan lapangan kerja vokasional yang punya sertifikat keahlian yang membuat mereka bisa bekerja secara mandiri," ujar Bambang dalam wawancara dengan Kompas.com di kantor Bappenas, Jakarta, Kamis (13/6/2019).

Maka, tak heran di Australia, lulusan TAFE bisa memiliki pendapatan yang lebih besar ketimbang lulusan universitas.

Bambang mengisahkan, salah satu menteri di Australia pernah menyampaikan kepadanya bahwa orang terkaya di kawasan tempat tinggalnya adalah tukang ledeng yang membuka usaha sendiri. Padahal, sang menteri sudah termasuk kalangan atas dari segi finansial.

Ya, tukang ledeng tersebut merupakan lulusan TAFE sementara menteri tersebut lulusan universitas.

"Dia tak hanya pegawai, tapi punya usaha sendiri dengan namanya. Ini contoh yang sangat baik buat kita ikuti," kata Bambang.

Karena prospek dunia kerja yang menjanjikan, tak sedikit lulusan SMA di sana memilih melanjutkan pendalamaan kemampuan di TAFE ketimbang pendidikan tinggi pada umumnya.

Biasanya, yang masuk ke sana sudah memiliki target bahwa ia akan bekerja sebagai apa di masa depan.

Jebolan TAFE juga tak bisa dianggap sebelah mata. Pasalnya, mereka adalah tenaga-tenaga yang dibutuhkan untuk kepentingan profesional karena bersertifikat.

"Misal untuk memperbaiki kunci rumah harus antre, tidak bisa selesai satu hari. Bukannya susah, tapi yang boleh melakukannya hanya yang bersertifikat dan jumlahnya terbatas," kata Bambang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com