Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri 4.0 dan Pekerjaan Masa Depan

Kompas.com - 15/06/2019, 13:06 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Dengan berkembangnya digital, salah satu yang terdampak adalah industri perbankan. Bank merasa tak perlu lagi menaambah cabang karena sudah ada internet banking. Jumlah teller pun berkurang karena transaksisl bisa dilakukaan secara online.

 

Mematikan Karier?

Lantas, apakah hal ini justru mematikan karir manusia? Bambang menjawab, tidak.

SDM harus menyesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan di masa depan. Jumlah call center diprediksi semakin banyak, sehingga teller bank tersebut bisa mengambil kursus bahasa sebentar lalu menjadi call center. Atau mengambil kursus bidang lain yang berkaitan dengan komputer sehingga skillnya bertambah.

Bambang mengatakan, pihaknya ingin muncul kesadaran di masyarakat untuk mengerti apa yang dibutuhkan industri 4.0.

"Sehingga lapangan kerja jadi lebih inklusif, memberikan kesempatan setiap orang untuk menciptakan skill atau reskilling, atau upskilling, atau ditingkatkan kualitasnya," kata Bambang.

Maka dari itu, pemerintah terus menggenjot pendidikan vokasi dan pelatihan keterampilan bagi lulusan sekolah menengah maupun universitas agar siap kerja. Sebab, untuk lulusan vokasi, sebenarnya posisi yang tersedia banyak. Hanya saja, peminatnya tidak banyak dan orang yang memiliki kemampuan tersebut masih langka.

Meski lulusan vokasi banyak, tapi keahlian yang dicari perusahaan tidak sesuai, mereka tak berani melamar. Bambang mengatakan, perusahaan yang logis tentu akan merekrut warga negara sendiri karena lebih murah. Tapi, mereka kesulitan mempekerjakaan ahli dari Indonesia di bidang tertentu denfan kualifikasi yang diinginkan.

Hasilnya, perusahaan memilih mempekerjakan orang asing yang punya kemampuan yang dibutuhkan mereka, ketimbang mencari ahli di Indonesia dengan harga yang lebih mahal.

"Kalau kamu ahli bidang tertentu yamg sangat jarang di Indonesia, kamu kayak pemain bola nanti dibajaka ini itu. Pasti minta naik gaji terus makanya terlalu mahal. Maka cari suplai dari asing," kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com