Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rintis Startup? Simak Tips Mendapat Suntikan Dana dari Mandiri Capital

Kompas.com - 19/06/2019, 09:04 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anak usaha Bank Mandiri di bidang modal ventura, Mandiri Capital Indonesia (MCI) telah menyuntikkan dana sebesar Rp 700 miliar untuk 10 startup fintech sejak tahun 2016.

MCI juga memberikan pelatihan Digital Incubator kepada startup-startup yang hendak mencari suntikan dana baik dari MCI maupun investor lain. Lalu, apa sajakah yang dilihat MCI dan investor lain saat akan menyuntikkan dananya kepada startup fintech?

Solusi yang ditawarkan

CEO PT Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, yang perlu dilihat dari startup adalah masalah dan solusi unik yang ditawarkan startup tersebut.

"Saat mau mengucurkan dana, yang kita tanya pertama kali what problem that want to solve? ada problem apa? Dan ada solusi apa yang sedikit unik," kata Eddi Danusaputro di Jakarta, Selasa (18/6/2019).

Sustainable

Eddi mengatakan, pihaknya tak melihat apakah startup tersebut akan menjadi calon unicorn atau menjadi calon initial public offering (IPO). MCI hanya melihat startup yang mampu sustainable dan membuat produk yang banyak dibutuhkan masyarakat.

"Kita tidak melihat apakah akan menjadi calon unicorn ataukah akan menjadi IPO, itu soal belakangan lah. Tapi kita cari startup yang sustainable biasanya karena masalah dan cara menyelesaikannya cukup besar dan bisa dinikmati oleh masyarakat," ungkap Eddi.

Tim yang Solid

Tak hanya masalah dan solusi, Eddi juga melihat tim yang solid dan serius membangun startup. Tentu, pihaknya tak akan memilih jika pendirinya hanya 1 orang untuk meminimalisir resiko dan membuat ide semakin besar.

"Yang kita lihat itu timnya, kita lihat seberapa seriusnya dan seberapa solidnya. Dan tentu, tidak single fighter. Setidaknya ada 2 sampai 3 orang co-founder. Kalau single fighter resikonya terlalu besar. Kalau misalnya founder tersebut kecelakaan, ya habis. Jadi memang seharusnya ada 2-3 orang," ujar Eddi.

Lihat Evolusi Produk

Tak hanya itu, Eddi mengatakan MCI pun akan melihat evolusi produk. Mulai kebutuhan produk di masyarakat sampai harga produk yang telah sesuai di pasaran. Selain itu, produk juga harus bisa menjanjikan profit yang menarik.

"Kalau timnya bagus on paper tapi ternyata produknya tidak diterima di pasar, atau diterima di pasar tapi pricing-nya salah, ya susah juga untuk menggaet investor," ungkap Eddi.

"Jadi, ketiga komponen tersebut menjadi kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Ada problem, ada solusi, ada traction, ada validationnya, dan kita lihat timnya," jelas Eddi.

Sebagai catatan, MCI juga tak ingin melakukan pendanaan di awal sebelum startup tersebut mendapat pendanaan dari investor lain. Hal ini tentu meminimalisir resiko yang terjadi.

"Fintech tersebut harus telah melalui pendanaan sebelumnya baik dari koorporasi maupun investor lain. Kita jarang masuk pertama karena kita lihat startup ini dibangun serius atau enggak, dan founder-nya serius atau enggak," ucap Eddi.

Lalu, bagaimana caranya agar startup pemula bisa mendapat modal meski sebelumnya belum pernah mendapat suntikan modal?

CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra mengatakan, jika Anda sedang mencari investor yang bersedia menyuntikkan dana, Anda harus melihat waktu yang tepat.

"Bagaimana bagi teman-teman startup yang pemula, yang belum terlihat pertumbuhannya seperti apa? Coba melihat momentum. Cari momentum yang trend-nya sama antara yang  investor pikirkan dan problem solving yang startup tawarkan," ungkap Taufan.

Selain melihat momentum, tentu startup tersebut harus mampu menunjukkan dan meyakinkan investor terhadap produk besutannya dan rencana ke depan.

Jadi, siapkah startup besutan Anda untuk menerima suntikan dana dari para investor?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com