Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Giant Tutup 6 Gerai, Ini Tanggapan Aprindo

Kompas.com - 23/06/2019, 19:31 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gerai ritel modern yang dimiliki oleh PT Hero Supermarket Tbk, Giant, dikabarkan akan menutup 6 buah ritelnya di Jabodetabek mulai tanggal 28 Juli 2019.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, buka-tutupnya toko dalam usaha ritel memang sudah biasa terjadi.

"Buka tutup toko adalah hal biasa bagi retailer, perusahaan apapun bisa menutup toko, hanya skala tutup tokonya sekaligus atau tidak sekaligus, itu masalahnya di situ," kata Tutum Rahanta saat dihubungi Kompas.com, Minggu (23/6/2019).

Baca: Tutup Sejumlah Toko di Jabodetabek, Giant Tebar Diskon Hingga 50 Persen

Tutum menilai, tutupnya sejumlah gerai Giant di Jabodetabek lebih karena ketidakmampuan toko tersebut untuk menghidupi bisnisnya. Jika toko tersebut bisa menutup kerugian meski tak memberikan banyak kontribusi kepada perusahaan, kemungkinan besar penutupan toko tak akan terjadi.

"Saya kira itu lebih kepada ketidakmampuan toko tersebut, jadi dia (Giant) tidak bisa menghidupi diri sendiri. Kalau dia masih bisa menutupi kerugian ataupun seluruh biaya kebutuhan, walaupun dia tidak bisa memberikan kontribusi lebih banyak terhadap perusahaan secara keseluruhan, mungkin tidak tutup," ungkap Tutum.

Untuk meminimalisir penutupan toko, Tutum menyarankan peritel untuk melek terhadap persaingan yang semakin lama semakin ketat di era digital. Selain itu, peritel online yang menjadi pesaing beberapa toko ritel offline pun harus ditertibkan agar persaingan berjalan sehat.

"Pasti kita melihat persaingan makin lama makin ketat, sehingga memberikan dampak kepada outlet yang tidak mampu bersaing. Persaingan itu harus menjadi suatu perhatian. Apakah persaingan itu adil atau tidak. Kalau tidak adil, ini menjadi masalah," ujar Tutum.

Selain melek persaingan, peritel juga diharapkan melakukan berbagai inovasi produk maupun cara penjualan. Contohnya, selalu mengecek ulang letak toko tersebut sesuai kebutuhan konsumen.

"Terkait masalah letak, kita pastikan untuk re-check letaknya, apakah konsumen di awal buka toko masih sama atau tidak. Kalau konsumennya berubah, dia harus berubah juga produknya. Lihat juga apa ada kesalahan dalam mengatur ritel tersebut atau bagaimana," saran Tutum.

Jadi, ucap Tutum, penutupan toko memang sudah biasa terjadi. Tapi peritel mesti tahu penyebab toko tersebut tutup sehingga penutupan toko tidak terus berulang.

"Jadi penutupan toko adalah hal biasa. yang tidak biasa ini jumlahnya yang banyak dan apa masalahnya. Penyebabnya yang penting," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com