Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Libra Facebook Ancam Perbankan Global?

Kompas.com - 24/06/2019, 08:09 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

LONDON, KOMPAS.com - Rencana Facebook meluncurkan mata uang kripto mereka, Libra, dinilai bisa mengancam sistem perbankan internasional. Hal tersebut harus direspons secara cepat oleh para pembuat kebijakan global.

Meskipun upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan teknologi raksasa seperti Facebook, Amazon dan Alibaba dalam melakukan penetrasi di sektor jasa keuangan bisa meningkatkan kecepatan transaksi sekaligus memangkas biaya administrasi terutama di negara-negara berkembang, namun di sisi lain penggunaan mata uang digital bisa merusak stabilitas sistem perbankan yang baru saja pulih dari krisis 2008.

Bank for International Settlement (BIS) mengatakan, pengadopsian mata uang digital di luar sistem keuangan saat ini bisa mengurangi persaingan sekaligus merusak privasi data.

Baca juga: Facebook Bakal Luncurkan Libra, Apa Bedanya dengan Bitcoin?

"Tujuannya adalah untuk menanggapi masuknya teknologi besar ke dalam jasa keuangan sehingga mendapatkan keuntungan dari keuntungan sambil membatasi risiko," ujar Kepala Peneliti BIS kata Hyun Song Shin seperti dikutip dari The Guardian Senin (24/6/2019).

"Kebijakan publik perlu dibangun secara lebih komprehensif, yang mengacu pada regulasi keuangan, kebijakan persaingan, dan regulasi privasi data." lanjut dia.

Peringatan dari BIS tersebut muncul beberapa hari setelah Facebook mengumumkan bakal meluncurkan mata uang digital pada 2020 mendatang. Mata uang tersebut bakal memudahkan penguna Facebook dalam melakukan transaksi keuangan antar dunia yang berpotensi bakal mengguncang sistem perbankan.

Shin mengatakan, para pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan apakah sistem saat ini, dengan banyaknya biaya administrasi serta kemampuan mereka dalam membangun cadangan untuk melindungi diri mereka sendiri pada saat krisis, lebih disukai daripada sistem yang lebih kompetitif di mana biaya transaksi lebih rendah tetapi ketahanan sistem keuangan kurang mumpuni.

Dia menyebut, para pembuat kebijakan juga perlu mengoordinasikan upaya mereka untuk memastikan sistem baru diatur untuk melindungi pelanggan sekaligus mencegah mereka melakukan tindakan pencucian uang.

Adapun beberapa perusahaan teknologi lain yang memasuki dunia keuangan termasuk Alibaba dan eBay, masing-masing menawarkan layanan pembayaran Alipay dan PayPal. Beberapa perusahaan teknologi besar telah mulai menawarkan produk asuransi, menggunakan platform mereka sebagai saluran distribusi untuk produk dari pihak ketiga, termasuk asuransi mobil dan kesehatan.

Salah satu pendiri Facebook Chris Hughes sebelumnya juga sempat menyuarakan kekhawatirannya mengenai pergeseran teknologi yang besar di industri jasa keuangan. Menurut dia, Libra bisa saja jatuh pada tangan yang salah.

"Jika bahkan sedikit berhasil, Libra akan menyerahkan banyak kontrol kebijakan moneter dari bank sentral ke perusahaan swasta ini. Jika regulator global tidak bertindak sekarang, itu bisa sangat terlambat," ujar dia.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com