Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER MONEY] Kemenhub Kaji Bangun O-Bahn | Emas Sentuh Level Tertinggi

Kompas.com - 25/06/2019, 05:39 WIB
Erlangga Djumena

Editor

1. Kemenhub Kaji Pembangunan Alat Transportasi O-Bahn

Kementerian Perhubungan tengah mengkaji penggunaan O-Bahn sebagai alternatif pilihan angkutan massal perkotaan di Indonesia. O-Bahn merupakan moda transportasi gabungan antara bus rapid transit (BRT) dan light rapid transit ( LRT).

"Dengan semakin terbangunnya infrastruktur jalan, tentu perlu dilakukan antisipasi agar masyarakat tidak memenuhinya dengan kendaraan pribadi. Caranya dengan mengoptimalisasikan angkutan massal,” ujar Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi dalam keterangan tertulis, Senin (24/6/2019).

Sementara itu, Dirjen Perkeretaapian Zulfikri menambahkan, seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak dikembangkan moda angkutan massal seperti O-Bahn.

Moda transportasi itu dapat dibangun dengan biaya lebih murah dibandingkan dengan LRT, tetapi sedikit lebih mahal dibandingkan dengan BRT biasa.

Nah seperti apa O-Bahn itu? Simak di sini

2. Bandara Internasional Yogyakarta  Larang Taksi Online, Ini Sebabnya
 
Pengelola Bandara Internasional Yogyakarta (Yogyakarta Internasional Airport) melarang taksi online (daring) menjemput penumpang di kawasan bandara itu. Hal ini karena YIA sudah melakukan kerja sama dengan perusahaan transportasi lain.

Pelaksana Tugas General Manager YIA/BIY Agus Pandu Purnama di Kulon Progo, Minggu (23/6/2019), mengatakan, pihaknya hanya memperbolehkan taksi online mengantar penumpang ke bandara.

"Pembatasan ini karena kami sudah ada kerja sama dengan beberapa perusahaan transportasi darat, di antaranya taksi resmi berargometer dan bus Damri," kata Agus.

Baca selengkapnya di sini

3. Harga Emas Melonjak, Ini Sebabnya

Harga emas mengalami kenaikan mencapai 1.400 dollar AS per ons. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak September 2013.

Diperkirakan, harga emas bisa naik hampir 10 persen selama tahun 2019.

"Emas sedang terbakar," kata Kit Juckes, ahli strategi pendapatan tetap global di Societe Generale.

Apa penyebab kenaikan logam mulia ini? Baca di sini

4. Cerita Rudy Ramli Bangkit Usai Kehilangan Bank Bali

Rudy Ramli harus meneguk pil pahit begitu kehilangan Bank Bali di depan mata. Ia merasa bank milik ayaknya Djaja Ramli tersebut telah direbut paksa dari tanganya.

Awalnya bank tersebut dalam kondisi sehat, hingga dinyatakan sebagai bank sakit dan diambil alih Standard Chartered. Padahal, menurut Rudy, bank tersebut tengah berjaya di masanya, di tahun 1999.

"Saya bisa dibilang lagi on top of the world, kemudian saya mutar ke bawah dunia tidak hanya sekali, sampai tujuh kali. Saya terperosok sampai tujuh kali," kata Rudy.

Sejak saat itu kata Rudy, hidupnya luntang lantung seperti tak berarah. Kesehariannya tak diisi dengan kegiatan berarti, hanya main ke sana dan kemari, serta sesekali bermain golf.

Simak kisah selengkapnya di sini

5. Libra Facebook Ancam Perbankan Global?

Rencana Facebook meluncurkan mata uang kripto mereka, Libra, dinilai bisa mengancam sistem perbankan internasional. Hal tersebut harus direspons secara cepat oleh para pembuat kebijakan global.

Bank for International Settlement (BIS) mengatakan, pengadopsian mata uang digital di luar sistem keuangan saat ini bisa mengurangi persaingan sekaligus merusak privasi data. 

"Tujuannya adalah untuk menanggapi masuknya teknologi besar ke dalam jasa keuangan sehingga mendapatkan keuntungan dari keuntungan sambil membatasi risiko," ujar Kepala Peneliti BIS kata Hyun Song Shin seperti dikutip dari The Guardian Senin (24/6/2019).

Baca selengkapnya di sini

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com