Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zimbabwe Larang Penggunaan Mata Uang Luar Negeri, Ada Apa?

Kompas.com - 27/06/2019, 10:28 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

HARARE, KOMPAS.com - Pemerintah Zimbabwe mengambil langkah kontroversial yaitu pelarang penjualan mata uang asing, termasuk dollar AS di dalam negeri.

Langkah tersebut beriringan dengan pengenalan kembali mata uang Zimbabwe dollar yang sempat ditinggalkan lantaran hiperinflasi pada 2009 lalu sehingga mereka harus mengadopsi dollar AS dan mata uang Afrika Selatan, rand.

Seperti dikutip dari BBC, Kamis (27/6/2019) langkah tersebut mengejutkan warga negara Zimbabwe yang tak lagi percaya pada mata uang lokal. Pasalnya, nilai tukar antara dollar Zimbabwe dengan dollar AS ketika dihapus adalah sebesar 35 kuadriliun dollar Zimbabwe per dollar AS.

Perekonomian Zimbabwe yang berantakan, membuat pemerintah setempat melakukan langkah tersebut. Ditambah lagi, biaya hidup yang mahal serta pengangguran yang tersebar luas.

Berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Termasuk memperkenalkan surat utang 2016, mata uang parallel yang hanya diterima di Zimbabwe.

Pada bulan Februari, uang kertas obligasi dan uang elektronik diberi merek RTGS dollar serta dibiarkan tersebar untuk mencoba dan menghancurkan pasar gelap.

Namun, pekerja, yang dulu mendapatkan gaji mereka dalam dolar AS, telah menemukan bahwa gaji mereka dalam dollar RTGS tidak dapat mengikuti inflasi yang saat ini berjalan pada 100 persen.

Masyarakat setempat pun telah terbiasa untuk bertransaksi dalam dollar AS.

Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa mengatakan larangan itu merupakan langkah penting dalam memulihkan keadaan normal bagi perekonomian kita.

"Sementara rezim multi-mata uang membantu menstabilkan ekonomi, itu tidak memberi kami kendali atas kebijakan moneter dan membuat kami bergantung pada penetapan harga dollar AS yang telah menjadi akar penyebab inflasi," tambahnya.

Pemerintah setempat pun menyatakan, karena dollar AS yang begitu kuat, tarif produksi lokal pun menjadi sangat mahal sehingga indutri lebih memilih untuk melakukan impor.

Dollar RTGS yang kemudian menjadi dollar Zimbabwe berlaku resmi pada Senin (24/6/2019) dan menjadi satu-satunya mata uang yang berlaku di negara tersebut. Masyarakat setempat menilai dollar Zimbabwe yang masih lekat dengan kekurangan makanan dan lonjakan inflasi pun mengeluhkan tidak adanya peringatan lebih awal terkait hal ini.

"Kita seharusnya memiliki mata uang kita sendiri. Tetapi mereka seharusnya tidak menghapusnya seolah-olah mereka menukar lalat. Mereka seharusnya memberi kita peringatan," kata seorang pria kepada BBC.

Supermarket dan mereka yang berada di sektor formal pun mulai memberlakukan transaksi dengan dollar Zimbabwe, meski tarif yang harus dibayarkan menjadi melampaui kemampuan banyak orang.

Misalnya saja, konsultasi dokter saat ini dihargai 1.800 dollar Zimbabwe,lebih dari penghasilan seorang guru atau perawat dalam sebulan.

Pedagang informal, yang mendominasi ekonomi dan membutuhkan dollar AS untuk impor pun menyatakan bakal menentang kebijakan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com