Pasalnya, metode ini mampu meningkatkan produktivitas sampai 0,3-0,8 ton atau 3,5–30,6 persen.
Secara finansial pun, pola ini terbukti telah meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 1,3 juta hingga Rp 5 juta. Dengan kata lain, metode ini meningkat tajam sebesar 19,10 hingga 41,23 persen.
Lewat e-catalog, pengadaan barang dan jasa untuk alsintan pra panen dan pasca panen bisa menghemat anggaran negara hingga 1,2 triliun.
Dengan begitu, semua biaya menjadi lebih efisien, efektif, transparan dan akuntabel.
Pada 2018, ketersediaan alsintan dan level mekanisasi Indonesia telah meningkat menjadi 1,68 HP per hektar (ha).
Jika dibandingkan dengan tahun 2015, itu masih pada level 0,22 HP per ha, yang mana level mekanisasi negara maju seperti Amerika 17 HP per ha, Jepang 16 HP per ha, sementara Vietnam sudah 1,5 HP per ha.
Selanjutnya, modernisasi pertanian melalui berbagai alat teknologi juga sukses meningkatkan kesejahteraan petani baik pada nilai tukar petani (NTP) maupun nilai tukar usaha petani (NTUP).
Kedua item ini meningkat masing-masing sebesar 5,45 persen dan 0,42 persen selama periode 2014-2018.
Dampak lain dari peggunaan mekanisasi ini mampu menurunkan biaya produksi sekitar 30 persen dan meningkatkan produktivitas lahan sebesar 33,83 persen.
Kendati demikian, harga yang diterima petani menurun (deflasi) akibat produksi melimpah.
Sekadar informasi, inflasi bahan makanan mengalami penurunan terbaik dalam sejarah Indonesia.
Tak tanggung-tanggung, angkanya mencapai 1,26 persen pada 2018 dari 20,57 persen di tahun 2014.
Lebih dari itu, kondisi tersebut juga berdampak langsung pada menurunya penduduk miskin di pedesaan hingga mencapai 13,20 persen pada 2018.
Padahal angka sebelumnya di tahun 2014 mencapai 14,17 persen.
Bupati Sidoarjo Saiful Ilah mengapresiasi pengenalan teknologi pertanian yang diluncurkan Kementerian Pertanian.
Menurut Saiful, pengenalan ini penting dilakukan mengingat Sidoarjo merupakan Kabupaten subur dengan total luas lahan mencapai 17.000 ha.
"Maka itu, kita berhatap mekanisasi ini mampu mengembalikan daya tarik anak muda untuk terjun langsung ke pertanian," kata Saiful.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.