Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Sejak Melek Digital, Pertanian Indonesia Berhasil Lebihi Target

Kompas.com - 29/06/2019, 18:48 WIB
Hotria Mariana,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pertanian berhasil melakukan beberapa pencapaian yang melebihi target.

"Saya cek gudang beras penuh, harga stabil dan ekspor meningkat tajam, bahkan tertinggi dalam sejarah," kata Menteri Pertanian, Amran Sulaiman saat melaunching Pertanian 4.0 di Desa Junwangi, Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (29/6/2019).

Bahkan, lanjut Amran, dari segi inflasi pun rendah dan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat.

Adapun pemanfaatan yang dimaksud adalah alat mesin pertanian (alsintan) seperti autonomous tractor, drone sebar benih, drone sebar pupuk granule, alsin panen olah tanah terintegrasi dan penggunaan obat tanam.

Amran menambahkan, semua capaian ini tidak terlepas dari gagasan Presiden Jokowi dengan program Revolusi Mental yang diterapkan di semua lini, termasuk menerapkan Pertanian 4.0 pada sektor pertanian.

Tanpa itu, imbuhnya, tidak mungkin Indonesia bisa bersaing dengan negara lain tanpa menggunaka pertanian modern.

"Penggunaan digitalisasi adalah jalan menuju persaingan antar negara di dunia," tegasnya.

Mengenai digitalisasi, Kementan sudah melakukan dalam bentuk e-catalog.

"Jadi pembelian apa pun langsung ke pabrik, harga murah dan datang tepat waktu. Semuanya karena e-catalog," jelasnya.

Bahkan, dengan cara ini harga menjadi turun. Ini dilihat saat diakumulasi per tahun. "Penghematan anggaran sangat drastis," ujar Amran.

Adanya penghematan tersebut, Pemerintah bisa mendorong lebih banyak lagi penggunaan alsintan ke seluruh indonesia.

Ke depan, petani di pelosok desa tidak perlu menanam padi dengan cara lama yang masih tradisional.

"Jadi ke depan menanam padi menggunakan drone yang bisa menghemat biaya sampai 60 persen," katanya.

Dari perhitungan tersebut, setidaknya efisiensi dapat mencapai 40 persen untuk pengolahan tanah, 20 persen untuk proses penanaman dan 28,6 persen untuk penyiangan.

Selain itu, penggunaan mesin transplanter dengan metode tanam Jajar Legowo 2:1 juga sangat menghemat waktu, tenaga dan biaya produksi.

Pasalnya, metode ini mampu meningkatkan produktivitas sampai 0,3-0,8 ton atau 3,5–30,6 persen.

Secara finansial pun, pola ini terbukti telah meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 1,3 juta hingga Rp 5 juta. Dengan kata lain, metode ini meningkat tajam sebesar 19,10 hingga 41,23 persen.

Sejak penggunaan e-catalog

Lewat e-catalog, pengadaan barang dan jasa untuk alsintan pra panen dan pasca panen bisa menghemat anggaran negara hingga 1,2 triliun.

Dengan begitu, semua biaya menjadi lebih efisien, efektif, transparan dan akuntabel.

Pada 2018, ketersediaan alsintan dan level mekanisasi Indonesia telah meningkat menjadi 1,68  HP per hektar (ha).

Jika dibandingkan dengan tahun 2015, itu masih pada level 0,22 HP per ha, yang mana level mekanisasi negara maju seperti Amerika 17 HP per ha, Jepang 16 HP per ha, sementara Vietnam sudah 1,5 HP per ha.

Selanjutnya, modernisasi pertanian melalui berbagai alat teknologi juga sukses meningkatkan kesejahteraan petani baik pada nilai tukar petani (NTP) maupun nilai tukar usaha petani (NTUP).

Kedua item ini meningkat masing-masing sebesar 5,45 persen dan 0,42 persen selama periode 2014-2018.

Dampak lain dari peggunaan mekanisasi ini mampu menurunkan biaya produksi sekitar 30 persen dan meningkatkan produktivitas lahan sebesar 33,83 persen.

Kendati demikian, harga yang diterima petani menurun (deflasi) akibat produksi melimpah.

Sekadar informasi, inflasi bahan makanan mengalami penurunan terbaik dalam sejarah Indonesia.

Tak tanggung-tanggung, angkanya mencapai 1,26 persen pada 2018 dari 20,57 persen di tahun 2014. 

Lebih dari itu, kondisi tersebut juga berdampak langsung pada menurunya penduduk miskin di pedesaan hingga mencapai 13,20 persen pada  2018.

Padahal angka sebelumnya di tahun 2014 mencapai 14,17 persen. 

Bupati Sidoarjo Saiful Ilah mengapresiasi pengenalan teknologi pertanian yang diluncurkan Kementerian Pertanian.

Menurut Saiful, pengenalan ini penting dilakukan mengingat Sidoarjo merupakan Kabupaten subur dengan total luas lahan mencapai 17.000 ha. 

"Maka itu, kita berhatap mekanisasi ini mampu mengembalikan daya tarik anak muda untuk terjun langsung ke pertanian," kata Saiful.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com