Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investasi di Industri Farmasi Turun, BKPM Curigai Hal Ini

Kompas.com - 02/07/2019, 20:15 WIB
Yoga Sukmana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Daya tarik investasi di sekitar farmasi nasional dinilai belum optimal. Bahkan dalam dua tahun terakhir, investasi asing di sektor tersebut menurun.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencurigai sejumlah hal menjadi penyebab dari lemahnya daya tarik industri farmasi untuk para investor.

"Bisa jadi bukan Permenkes 1010 Tahun 2018 ini yang single contribution dalam menurunnya penanaman modal asing di Indonesia," ujar Direktur Perencanaan Jasa dan Kawasan BKPM Nurul Ichwan dalam FGD, Jakarta, Selasa (2/7/2019).

"Penanaman modal asing trennya awalnya meningkat tapi kemudian memang ada tren penurunan di kuartal III-2018," sambung dia.

Nurul menduga, ada faktor lain yang menyebabkan minat investasi asing di industri farmasi merosot. Faktor tersebut yakni infrastuktur yang belum mendukung.

Di Thailand kata dia, industri farmasi memilki kawasan industi yang terintegrasi mulai dari bahan baku, hingga proses hilir. Hal ini membuat biaya logistik menjadi lebih murah.

Sedangkan di Indonesia tidak. Biaya logistik mahal sehingga banyak investor berpikir ulang untuk berinvestasi di sektor farmasi Indonesia.

"Saya curiga, ada faktor lain yang sebabkan seperti infrastruktur yang tidak mendukung," kata dia.

Berdasarkan data BKPM dan Badan Pusat Statistik (BPS), investasi asing di industri farmasi sebesar 1,9 miliar dollar AS. Namun angka itu lebih kecil dari 2017 yang sebesar 2,5 miliar dollar AS.

Adapun pada 2016, nilai investasi asing di industri farmasi Indonesia mencapai 2,8 miliar dollar AS. Itu artinya terjadi penurunan nilai investasi pada dua tahun terakhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com