Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengelola ITC: Ada Toko Tutup Bukan Berarti Pedagang Bangkrut

Kompas.com - 05/07/2019, 10:07 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di beberapa sudut International Trade Center (ITC) di beberapa lokasi terlihat sepi. Bahkan, nampak beberapa toko menutup pintu trolley dan menempel kertas bertuliskan "dijual".

Pengakuan beberapa penjual di sana, ada juga toko-toko yang dijual online melalui platform e-commerce, seperti OLX.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Divisi ITC Christine Natasha Tanjungan mengatakan bahwa model bisnis ritel ini mengadopsi sistem strata title. Jadi, semua unit yang ada di sana, jika sudah dibeli, maka menjadi hak milik pembeli tersebut.

"Sah-sah saja kalau mereka mau jual. Kalau lagi butuh uang, ya boleh saja," ujar Chritine kepada Kompas.com, Kamis (4/7/2019).

Tapi, Christine menekankan bahwa tutupnya beberapa toko di ITC tak bisa menjadi indikator bahwa saat ini pusat perdagangan tersebut sepi ataupun pedagangnya bangkrut. Pemilik toko menjual unitnya bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kesehatan atau pensiun.

"Mungkin dia tidak mau berbisnis lagi atau anaknya tidak mau jadi pedagang jadi tidak mau meneruskan. Daripada asetnya tidur, mendingan dijual," kata Christine.

"Jadi menjual aset tidak bisa dihubungkan langsung bahwa lokasi di mana itu dijual itu lagi merosot," lanjut dia.

Musiman

Sementara itu, masih ada ribuan toko lainnya yang masih bertahan untuk berjualan hingga kini. Kalaupun ada yang sepi dan tak terlihat ada pengunjung keluar dan masuk, kata Christine, biasanya toko yang produknya sudah tak populer di masa sekarang.

Sebut saja toko perkakas kristal. Mode selalu berputar. Dulu aksesoris kristal sangat digandrungi, mulai dari chandelier, gelas, hingga hiasan meja. Namun, saat ini bukan masanya lagi karena minat masyarakat sudah bergeser.

Sama halnya dengan toko yang menjual baju jersey atau seragam olahraga. Jika sedang musim turnamen sepakbola, mereka akan kebanjiran pesanan baju klub yang jadi favorit pembeli. Namun, saat sedang tak ada turnamen, toko itu pun hanya disinggahi sedikit pembeli sehingga omzetnya pun tak maksimal.

"Jadi banyak faktor dan tidak ada relevansinya kalau hanya beberapa toko dijual, berarti tempat toko itu berada lagi menurun peminatnya," kata Christine.

Christine tak memungkiri bahwa semakin banyak masyarakat yang lebih berminat belanja online daripada datang langsung ke toko. Tapi hal tersebut tak lantas membuat pedagang di ITC gulung tikar. Tak sedikit pula yang bisa membaca peluang, mencoba beradaptasi dengan situasi ekonomi tersebut, dan justru kini tumbuh besar.

Christine mengatakan, ada toko di salah satu ITC yang sebelumnya menjual pakaian, berubah menjadi kafe. Pemilik toko tersebut menyerahkan toko kepada anaknya untuk dikelola sebagai tempat jual kopi yang ternyata laris manis.

Selain itu, banyak juga pedagang pakaian maupun elektronik yang punya toko offline dan online. Pedagang tersebut bergabung ke situs e-commerce dan menjual barang-barangnya secara online sehingga tak kehilangan pelanggannya.

"DI Instagram, di Facebook, banyak pedagang ITC jualan. Kalau lihat di marketplace banyak pedagang ITC jualan," kata Christine.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com