JAKARTA, KOMPAS.com - PT Berkah Prima Perkasa Tbk (BLUE), pemegang merk produk printing Blueprint mulai menawarkan sahamnya di lantai bursa. Perseroan menargetkan perolehan dana IPO sebesar Rp 21,8 miliar.
Dana hasil penawaran umum perdana saham tersebut akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan memperoleh modal kerja untuk pengembangan lini bisnis baru. Unit bisnis terbaru yang tenfah dikembangkan Blueprint yakni di sektor percetakan tekstil.
"Untuk percetakaan tekstil ini turunan dari salah satu jenis tinta yang kami jual. Jadi gambarnya diprint dengan tinta khusus, kemudian di-press ke kain sehingga pattern-nya pindah ke kain," ujar Presiden Direktur PT Berkah Prima Perkasa Tbk Herman Tansri di Jakarta, Senin (8/7/2019).
Baca juga: Awali Pekan, MVN, Envy, dan Blue Print Melantai di BEI
Herman mengatakan, industri tersebut tengah jadi tren di luar negeri, terutama di negara yang dsangat peduli pada isu lingkungan. Di Eropa, hanya metode cetak tekstil seperti ini yang diperbolehkan.
Memang, harganya lebih mahal daripada sablon biasa. Namun, cara cetak tekstil seperti ini lebih ramah lingkungan karena minim limbah.
"Tidak boleh pakai dye lagi, karena sekali cetak, transfer ke kain, habiskan air yang banyak sekali. Saat airnya dibuang bisa merusak lingkungan," kata Herman.
Blueprint baru merambah unit bisnis tersebut selama satu tahun. Nanun, sudah ada beberapa desainer kondang Indonesia yang jadi pelanggan mereka. Untuk cetak tekstil ini, menyumbang 5 persen dari keseluruhan bisnis Blueprint.
Baca juga: Melantai di Bursa, Harga Saham Blueprint Menguat 69 Persen
Selain cetak di kain kanvas atau polyester, bisnis ini memungkinkan mereka juga merambah ke cetak karpet untuk hotel. Biasanya, kata dia, hotel meminta karpet dicetak secara eksklusif.
Selain itu, di Indonesia, penjualan brand lokal sedang tinggi-tingginya. Blueprint akan masuk ke sektor cetak tas dan sepatu dengan corak hype yang tengah digemari saat ini.
"Ini alternatif menarik bagi designer house," kata Herman.
"Dengan tumbuhnya middle class di Indonesia, saya yakin permintaan masyarakat atas produk ini semakin besar," lanjut dia.
Baca juga: Eksportir Tekstil Diminta Konversi Pendapatannya ke Rupiah
Untuk bisnis cetak tekstil ini, pihaknya telah menanamkan investasi senilai Rp 1,5 miliar untuk membeli alat maupun perlengkapannya. Dengan adanya modal tambahan dari masyarakat melalui IPO, ia menargetkan sektor ini mampu menyumbang 10 persen dari pendapatan total perseroan.
Meski banyak pelanggannya dari desainer ternama, bisnis cetak tekstil ini tak terlepas dari berbagai tantangan.
"Yang jadi tantangan saat volume jadi tinggi, banyak pabrik kain mencoba memonopoli. Kalau mau beli kain dari pabrik itu, harus cetak di sana juga. Itu batu sandungan buat kami," kata Herman.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.