Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Peer-to-Peer Lending" Bisa Jadi Investasi Menjanjikan Bagi "First Jobber"

Kompas.com - 10/07/2019, 05:49 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seringkali first jobber atau orang yang baru pertama kali masuk dunia kerja kesulitan mengelola keuangannya. Gajinya dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Sementara itu, first jobber yang diisi generasi milenial dan juga generasi Z berambisi untuk bisa travelling, memiliki gaji besar, membeli rumah, melakukan perubahan sosial, dan berkeluarga. Di usia muda, kebanyakan tak memikirkan rencana masa depan sehingga kehidupan finansial pun berantakan.

Oleh karena itu, perlu ada sumber pendapatan pasif yang perlu dipikirkan first jobber untuk mendapat uang tambahan.

Menurut CEO dan Founder ALAMI Dima Djani, mencari sumber pendapatan selain gaji sangat mungkin dilakukan. Pendapatan pasif merupakan pendapatan yang dihasilkan tanpa mengharuskan individu bekerja secara aktif. Misalnya, dengan berinvestasi atau menjadi pemberi pinjaman peer-to-peer lending.

"Saat ini peluang pendapatan pasif sangat banyak. Jika waktu dan modal kita terbatas, first jobbers bisa memperoleh pendapatan pasif dengan menjadi pendana (funders) bagi usaha orang lain," ujar Dima dalam keterangan tertulis, Selasa (9/7/2019).

Dima mengatakan, untuk punya uang tambahan, tak perlu punya usaha sampingan atau menyewakan properti seperti generasi terdahulu. Sebab, selain modal memulainya besar, juga perlu komitmen waktu dan tenaga untuk melakukannya serta butuh ongkos produksi dan pemeliharaan yang berkelanjutan.

Meski generasi milenial punya kemampuan finansial sebagai pendana, peluang ini kerap terhambat karena terbatasnya relasi mereka dengan bisnis yang potensial. First jobber juga masih minim pemahaman akan skema pendanaan yang aman.

Oleh karena itu, Dima meminta anak muda tersebut mendanai melalui platform peer-to-peer lending yang terdaftar dan mengantungi izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

ALAMI sebagai platform P2P Lending akan menyeleksi kelayakan UKM yang berhak memperoleh pendanaan, agar meminimalisir risiko sehingga mengupayakan keuntungan yang maksimal bagi para pendana.

Menurut Dima, prinsip syariah yang diterapkan ALAMI dalam menghimpun dan menyalurkan pembiayaan dapat menjadi keunggulan bagi first jobber yang relatif belum agresif dalam mengambil risiko.

“Prinsip syariah mengutamakan nilai-nilai kemaslahatan dan manfaat baik, serta mengusung unsur keamanan khususnya dalam menyaring bisnis-bisnis yang akan didanai," kata Dima.

Secara karakteristik, produk ini memiliki risiko yang rendah karena mengacu pada invoice resmi yang dikeluarkan oleh perusahaan blue chip, sehingga kepastian penggunaan dana serta pembayarannya jelas.

Dima menambahkan, pendana di ALAMI akan mendapat ujrah atau imbal hasil atas jasa yang mereka berikan kepada UKM.

Potensi ujrah yang dapat diraih rata-rata sebesar 14-16 persen untuk setiap tagihan, sesuai dengan profil risiko UKM dari hasil credit scoring.

Sementara itu, imbal asil di Deposito sekitar 5-7 persen pertahun. Dibandingkan dengan return instrumen reksadana pertahun, potensi keuntungan keduanya bersifat kompetitif.

"Namun, pembiayaan peer-to-peer financing syariah lebih unggul dari segi kepastian karena return investasi reksadana yang fluktuatif dipengaruhi oleh kinerja pasar," kata Dima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com