"Tidak terlalu terjadi deviasi dari sisi pembiayaan yang menimbulkan persoalan yang signifikan dalam pembiayaan dari defisit kita yang meningkat lebih sedikit dibandingkan UU APBN," ujarnya
Tak hanya perkara defisit saja yang meleset, beberapa outlook perekonomian dalam APBN 2019 juga diprediksi bakal meleset.
Sri Mulyani mencontohkan, pertumbuhan ekonomi semester I 2019 diproyeksi hanya mencapai 5,1 persen. Angka tersebut di bawah target di asumsi dasar makro perekonomian 2019 yang sebesar 5,3 persen.
Selain itu, nilai tukar rupiah ternyata cukup perkasa pada paruh pertama tahun ini. Kurs mencapai nilai rata-rata Rp 14.197 per dolar Amerika Serikat. Angka tersebut jauh berada di bawah asumsi yang dipatok sebesar Rp 15 ribu per dolar AS. Parameter lainnya adalah suku bunga Surat Perbendaharaan Negara alias SPN 3 bulan di atas target, pada semester I, angkanya 5,8 persen dari asumsi 5,3 persen.
Beberapa indikator lainnya seperti harga minyak mentah, serta lifting minyak dan gas bumi juga meleset dari asumsi APBN 2019. Harga minyak mentah ternyata lebih rendah dari asumsi, yaitu 63 dollar AS per barrel dari patokan 70 dollar AS per barrel. Sedangkan lifting minyak hanya 755 ribu barrel per hari dari asumsi 775 ribu barrel per hari dan lifting gas bumi hanya 1.054 ribu barrel per hari dari target 1.250 ribu barrel per hari.
Namun, Sri Mulyani Indrawati tak memastikan mengajukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2019 setelah melihat kondisi perekonomian pada semester I.
"Kami lihat dari semester satu dan outlook masih di dalam range, jadi kami juga akan melihat, sama seperti kondisi tahun 2018," ujar dia.
Dia menjelaskan dalam pembahasan Kemenkeu bersama BPKP ditemukan beberapa pos dalam APBN yang perlu dikoreksi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.