Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Proyek Rp 10 Triliun, Komisaris Krakatau Steel Mengundurkan Diri

Kompas.com - 23/07/2019, 13:32 WIB
Yoga Sukmana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Komisaris Krakatau Steel Roy Maningkas mengajukan surat permohonan pengunduran diri dari jabatan Komisaris Independen kepada Kementerian BUMN.

Hal itu dilakukan Roy seiring dengan dissenting opinion atau perbedaan pendapat terkait proyek Blast Furnace yang bernilai 714 juta miliar dollar AS atau Rp 10 triliun.

"Tetapi dissenting opinion saya direspon secara negatif oleh Kementerian BUMN," ujarnya di Jakarta, Selasa (23/7/2019).

Roy tidak setuju dengan pengoperasian Project Blast Furnace Krakatau Steel karena terkesan dipaksakan. Padahal proyek Rp 10 triliun itu dinilai belum siap.

Baca: Bos Krakatau Steel: Proses Restrukturisasi, Tentu Ada yang Tidak "Happy"

Rencananya, Blast Furnace hanya akan dioperasikan untuk dua bulan dan kemudian akan dimatikan kembali karena Krakatau Steel kekurangan bahan baku.

Padahal di dalam kontrak, uji coba perlu dilakukan hingga 6 bulan.

"Bayangkan Rp 10 triliun hanya untuk 2 bulan. Katanya agar tidak jadi temuan BPK," kata dia.

Selain itu, Roy juga mengatakan bahwa alasan pengoperasikan Blast Furnace karena khawatir akan diklaim ratusan juta dollar oleh kontraktor proyek yakni MCC CERI bila tidak dioperasikan.

Dewan Komisaris kata dia, sudah meminta berkali-kali agar dilakukan audit bisnis naik dan audit teknologi untuk mengetahui kehandalan, keamanan dan efisiensi proyek Blast Furnace. Termasuk menunjuk konsultan independen. Namun ucap Roy, hal itu tidak pernah digubris.

Ia mengaku sudah meminta konfirmas ke Kementerian BUMN, namun Deputi Kementerian BUMN mengaku tidak tahu bahwa Blast Furnace hanya akan operasi dua bulan.

Roy juga mengaku sudah menanyakan hal itu kepada Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim. Namun Silmy kata dia, mengaku terjepit sehingga harus mengoperasikan proyek tersebut

"Tidak mungkin tidak ada kepentingan di sini," kata dia.

Aneh

Sejak awal masuk menjadi komisaris di Krakatau Steel 2015 lalu, Roy sudah merasa aneh dengan proyek Blast Furnace.

Sebab nilai proyek yang dimulai pada 2011 itu membengkak dari Rp 7 triliun menjadi Rp 10 triliun. Proyek itu juga terlambat dikerjakan hingga 72 bulan.

Bahkan Roy mencium ada potensi kerugian negara. Sebab harga pokok produksi (HPP) slab yang dihasilkan lebih mahal 82 dollar AS per ton dibaringkan harga pasar.

Jika produksi proyek Blast Furnace produksi 1,1 juta ton per tahun ucap Roy, maka potensi kerugian Krakatau Steel akan mencapai Rp 1,3 triliun per tahun.

Dewan Komisaris Krakatau Steel kata dia sudah berkali-kali memberikan surat kepada direksi dan Kementerian BUMN yang isinya mengingatkan terkait proyek Rp 10 triliun tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com