Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Perusahaan Tekstil Terbesar Gagal Bayar Bunga Obligasi, Ini Kata Bos BCA

Kompas.com - 24/07/2019, 21:11 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan publik tengah ramai membahas kasus gagal bayar bayar obligasi perusahaan tekstil terbesar Indonesia, PT Delta Merlin Dunia Textile yang baru saja menerbitkan obligasi 300 juta dollar AS.

Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (KOMPAS100: BBCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, apa yang terjadi pada anak usaha Duniatex Group itu tidak mencerminkan kondisi industri tekstil secara keseluruhan.

Pasalnya, di beberapa sektor industri justru mendapatkan cipratan pesanan baru dari Amerika Serikat. Hal ini karena impor tekstil yang biasanya dipenuhi oleh China jadi terhambat lantaran adanya perang dagang.

"Kalau bicara tekstil, saya dapat informasi pengusaha tekstil yang mengatakan mereka bisa mendapatkan new order dari Amerika Serikat sebagai substitusi karena mereka nggak bisa impor dari China," ujar Jahja ketika memberikan paparan kinerja semester I di Jakarta, Rabu (24/7/2019).

Baca juga: Perusahaan Tekstil Terbesar Indonesia Gagal Bayar Bunga Obligasi, Bank Mandiri Kaget

Namun memang di bisnis spinning atau pemintalan terjadi masalah karena harga bahan pokok kapas yang beberapa waktu belakangan mengalami penurunan setelah sebelumnya mencapai harga tertingginya.

Hal ini menyebabkan beberapa pengusaha berspekulasi dan memasok kebutuhan bahan pokok kapas secara besar-besaran. Hal tersebut membuat ongkos produksi mereka jadi melonjak.

"Pada waktu mulai turun, kaya currency, atau gold, ketika (harga cotton) mulai turun ada yang spekulasi, takutnya harga naik lagi. Mereka beli banyak buat inventory ternyata turun terus jadi margin tergerus," ujar Jahja.

Baca juga: BNI Mulai Mitigasi Risiko Gagal Bayar Obligasi Duniatex

Walaupun demikian, Jahja mengatakan hal tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap seleksi penyaluran kredit BCA. Sebab, pada dasarnya BCA cenderung berhati-hati dan konservatif dalam memilih debitur.

"Kita berhati-hati dalam pengajuan, khususnya industri tertentu, kalau ada potensi masalah, ada syarat tambahan, seperti cashflow perusahaan yang harus terjaga," ujar Jahja.

"Kita menjaga baik hubungan dengan nasabah. Kalau dia nasabah baru kita bisa completely say no. Tapi kalau dia nasabah lama yang besar dan bagus, kemudian dia mau ekspansi, kalau ada danger kita mitigasi dengan tambahan syarat," ujar dia.

Gagal Bayar

Gagal bayar kupon obligasi itu tak hanya mengagetkan investor, tetapi juga perbankan. Pasalnya, rekam jejak perusahaan ini ke para kreditor terbilang baik-baik saja.

Padahal, entitas anak usaha Duniatex Group itu baru 4 bulan lalu menerbitkan obligasi senilai 300 juta dollar AS. Bertenor lima tahun, obligasi Delta Merlin ini menjanjikan kupon sebesar 8,625 persen.

Ketika itu,  dua perusahaan pemeringkat, Fitch Ratings dan Standard and Poor's (S&P) Global Ratings menyematkan obligasi Delta Merlin dengan peringkat awal di posisi BB-.

Kala itu, Fitch beralasan, peringkat awal Delta Merlin itu didorong oleh posisinya sebagai perusahaan tenun terbesar di Indonesia, struktur biaya yang rendah, serta hubungannya yang mapan dengan pelanggan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com