Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Suku Bunga Turun, Pilih (Reksa Dana) Saham atau Obligasi ?

Kompas.com - 25/07/2019, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Setelah bertahan selama 8 bulan, Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diselenggarakan pada tanggal 17-18 Juli 2019 lalu mengumumkan penurunan suku bunga acuan dari 6 persen menjadi 5,75 persen.

Sehubungan dengan hal tersebut, mana yang lebih baik bagi investor? Pilih reksa dana berbasis saham atau reksa dana pendapatan tetap yang berbasis obligasi ?

Suku bunga acuan atau secara akademis dikenal dengan istilah Risk Free Rate, dimana jika mengalami penurunan, secara teori akan berdampak positif bagi obligasi dan saham.

Untuk obligasi, berlaku teori dimana jika suku bunga turun maka harga obligasi akan naik, sebaliknya jika suku bunga naik maka harga obligasi akan turun.

Untuk saham, suku bunga biasanya digunakan sebagai komponen untuk menghitung valuasi harga wajar. Semakin rendah Risk Free rate, maka harga wajar suatu saham akan semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi Risk Free Rate, maka valuasi harga wajar suatu saham akan semakin rendah.

Jadi secara teori, bisa disimpulkan bahwa penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia berdampak positif baik bagi reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap.

Meskipun demikian, dalam praktek terkadang tidak selalu sejalan. Sebagai contoh, sejak suku bunga diumumkan turun pada tanggal 18 Juli yang lalu hingga tanggal 23 Juli 2019, IHSG nyaris tidak berubah dan Indeks Obligasi malah turun sekitar 0.22 persen.

Suku bunga acuan memang menjadi salah satu faktor, tapi bukan satu-satunya faktor. Untuk obligasi, bisa dikatakan suku bunga acuan merupakan faktor yang dominan. Sebab obligasi memiliki waktu jatuh tempo dan besaran kupon yang sudah pasti.

Baca : Transaksi Reksa Dana via Online Tembus Rp 5 Triliun

Untuk saham agak berbeda. Saham tidak memiliki waktu jatuh tempo, besaran dividennya juga bervariasi tergantung laba perusahaan dan kebijakan pemegang saham mayoritas. Di luar faktor suku bunga, harga saham juga dipengaruhi faktor lain seperti fundamental kinerja perusahaan, prospek bisnis ke depan dan sentimen dari investor lokal dan asing.

Karena dipengaruhi sentimen, terkadang yang namanya saham juga bisa salah harga. Jika sentimen terlalu positif, maka harga saham naik terlalu tinggi di atas harga wajarnya. Sebaliknya jika sentimen terlalu negatif, maka harga saham bisa turun jauh di bawah harga wajarnya.

Baik untuk reksa dana saham ataupun reksa dana pendapatan tetap, idealnya investasi dilakukan ketika harga / valuasinya masih murah atau target return-nya masih belum tercapai.

Salah satu kebiasaan investor reksa dana di Indonesia pada umumnya adalah melihat kinerja historis. Jika return historis bagus, maka investor baru akan melakukan pembelian atau penambahan investasi.

Cara ini tidak salah, namun ada kalanya kinerja historis yang bagus justru berarti juga bahwa valuasinya sudah wajar atau mahal.

Investasi yang valuasinya sudah wajar atau mahal, kalaupun naik, biasanya kenaikannya juga terbatas. Sebaliknya ketika risiko meningkat, persentase penurunannya bisa lebih besar. Sebaliknya investasi yang valuasinya masih murah, apabila turun, persentase penurunan lebih terbatas sementara peluang kenaikannya lebih tinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com