Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Langsung Tolak Gaji Rp 8 Juta, Bagaimana Cara Negosiasinya?

Kompas.com - 25/07/2019, 16:57 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Hal ini diperlukan sehingga kandidat bisa mengukur apakah honorarium yang diperoleh sesuai dengan keinginan atau tidak.

Selain itu, informasi ini bisa menjadi pegangan sehingga mereka tidak langsung menego dengan nominal yang jauh dari jangakauan perusahaan.

Ia mencontohkan, misalnya lowongan pekerja IT atau teknologi informasi di perusahaan minyak dan gas, tentu memiliki standar gaji yang berbeda dengan posisi serupa di bank.

"Atau gaji karyawan administrasi di office akan berbeda dengan engineer di site meskipun sama-sama bekerja di company yang serupa," kata dia.

Kedua, kandidat bisa menanyakan keuntungan lain yang diperoleh selain gaji, seperti asuransi kesehatan, insentif lembur, dan lain-lain.

"Karena ada perusahan yang gajinya besar tapi ternyata dana kesehatan kecil, (asuransinya ada limit atau BPJS), enggak dapat insentif lembur, atau sebaliknya, gaji tidak fantastis tapi asuransi tidak ada plafon, ada lembur dan lain-lain," ujar Arienda.

Arienda mengatakan, jika seorang pencari kerja lulusan baru atau fresh graduate merasa memiliki nilai lebih sehingga harus dibayar tinggi, maka ia seharusnya menunjukkan kemampuan yang dimilikinya.

"Sebaiknya tidak sebut nominal angka hanya minta dinaikkan dari penawaran yang diajukan perusahaan," kata dia.

Hal ini bisa diperlihatkan melalui kegiatan organisasi atau komunitas yang pernah diikuti.

Selain itu, para fresh graduate juga bisa kualitas diri dyang lebih baik dibanding pelamar lain.

Kualitas tersebut tercermin dari pengalaman magang dan organisasi yang relevan sehingga ia dianggap lebih bisa beradaptasi di dunia kerja dibanding pelamar lainnya.

Baca juga: Viral Tolak Gaji Rp 8 Juta, Ini Gaji Fresh Graduate Versi BPS

Tak hanya itu, kandidat juga bisa melampirkan sertifikat atau kursus yang pernah diikuti.

Pelamar juga bisa menampilkan soft skill yang dibutuhkan seperti mudah bekerja sama, mudah beradaptasi, mau belajar, dan lain-lain. 

Arienda menyebutkan, soft skill tersebut akan terlilhat dari curriculum vitae (CV) yang dibawa peserta dan bisa dijelaskan saat wawancara. 

"Pada saat interview juga akan terlihat oleh interviewer-nya bagaimana si calon bisa membawa diri. Soft skill mau belajar misalnya, terlihat di CV-nya apa saja kursus yang dia ikuti seputar background pendidikan maupun di luar bidang pendidikannya," kata Arienda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com