Gove mengatakan, saat ini pemerintah Inggris tengah bekerja mengenai kemungkinan adanya no-deal Brexit.
Dia mengatakan, timnya tengah berupaya untuk bisa membuat kesepakatan, namun dalam tulisannya di Sunday Times dia menambahkan bahwa no-deal saat ini adalah hal yang paling mungkin dilakukan.
Adapun CBI dalam laporannya dengan tajuk What Comes Next? The Business Analysis of No Deal Preparations menuliskan, jika akhirnya Inggris melakukan no-deal Brexit, 24 dari 27 area ekonom Inggris akan mengalami disrupsi.
Baca juga: Gara-gara Brexit, Ekonomi Inggris Kembali Terkontraksi
Laporan tersebut merpakan hasil wawancara dengan ribuan perusahaan dengan berbagai ukuran dan sektor, termasuk 50 asosiasi dagang yang meliputi seluluh perekonomian Inggris.
Sebelumnya, Inggris berencana meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019, namun Perdana Menteri Theresa May meminta perpanjangan waktu yang kemudian diputuskan 31 Oktober 2019.
Menanggapi laporan CBI tersebut, juru bicara pemerintah mengatakan, setiap pelaku bisnis di Inggris perlu untuk mengantispasi jika akhirnya skenario no-deal Brexit yang akan terjadi.
"Meskipun kami telah melakukan lebih banyak persiapan daripada yang disiratkan oleh laporan ini, sejak Perdana Menteri baru diangkat, pemerintah telah meningkatkan langkah perencanaan no-deal Brexit. Kanselir telah mengkonfirmasi semua dana yang diperlukan akan disediakan untuk no-deal Brexit ini. Persiapan tersebut termasuk pendanaan untuk kampanye komunikasi utama nasional untuk memastikan bahwa orang dan bisnis siap," ujar dia.
"Yang sangat penting, sementara ada banyak hal yang harus dilakukan, CBI mengamati bahwa Inggris berada di depan Uni Eropa dalam perencanaan tanpa kesepakatan," jelas dia.