Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laba Bank-bank BUMN Belum Kinclong, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 29/07/2019, 08:04 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak dua dari tiga bank milik negara yang telah melaporkan kinerja setengah tahunnya tercatat belum meraih laba yang mumpuni.

Biaya dana yang besar ditambah tambahan pencadangan guna implementasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 jadi penyebabnya.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) misalnya, laba di semester awal tahun ini turun 8,4 persen (yoy) menjadi Rp 1,3 triliun dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp 1,42 triliun.

Baca juga: Semesteri I-2019, BCA Syariah Bukukan Laba Rp 25,8 Miliar

Sementara PT Bank Negara Indonesia (BBNI) cuma naik 2,7 persen  (yoy) menjadi Rp 7,63 triliun dari Rp 7,43 triliun.

Hanya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang berhasil meraih laba lumayan dengan naik 11,1 persen (yoy), menjadi Rp 13,5 triliun (1H/19) dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 12,1 triliun.

Sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) belum melaporkan kinerjanya.

BTN

Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, penyebab turunnya laba perseroan terjadi akibat kondisi makro global yang belum kondusif sejak 2018 hingga akhir semester 1/2019.

Hal itu dibuktikan dari lima kali meningkatnya suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 175 bps sepanjang 2018.

“Karena bisnis utama kami di KPR subsidi, kami tidak ikut menaikkan bunga pada 2018 yang naik hingga lima kali. Makanya, cost of fund (biaya dana) kami juga meningkat, akhirnya net interest income kami juga menipis,” kata Maryono.

Pendapatan bunga bersih perseroan separuh 2019 ini memang ikut anjlok 1,05 persen menjadi Rp 4,71 triliun dari Rp 4,76 triliun.

Baca juga: Semester I 2019, Laba Bersih BTN Turun Jadi Rp 1,3 Triliun

Di sisi lain, Maryono juga menegaskan beban dana yang besar akibat kenaikan bunga acuan juga membuat likuiditas perseroan makin sempit, apalagi pendanaan BTN juga masih mengandalkan dana mahal yang pada Mei 2019 porsinya 56,74 persen atau senilai Rp 112,85 triliun dari total dana pihak ketiga perseroan senilai Rp 197,84 triliun.

Dominasi dana mahal alias deposito ini juga yang mengerek pertumbuhan dana pihak ketiga perseroan. Hingga Juni 2019 BTN berhasil mengumpulkan DPK senilai Rp 234,89 triliun, tumbuh 15,895 (yoy).

“Semester II 2019 bunga acuan sudah turun, makanya kami juga akan optimalkan pencarian dana murah. Sekarang ada program ritel di BBTN dimana tiap cabang wajib mengejar pemupukan dana murah untuk menurunkan biaya dana,” lanjut Maryono.

Meskipun laba merosot, bank spesialis bisnis kredit pemilikan rumah (KPR) ini justru mencatat pertumbuhan penyaluran kredit yang lumayan. Yaitu 18,78 persen (yoy) menjadi Rp 251,04 triliun dari Rp 211,35 trulun.

Sementara Plt. Direktur Keuangan dan Tresuri BTN Nixon Napitupulu mengatakan, pencadangan (coverage ratio) BTN juga meningkat guna persiapan implementasi PSAK 71. Tahun ini coverage ratio BTN mencapai 76 persen, meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 49 persen.

Kondisi ini yang bikin likudiitas perseroan juga terus tergerus. Makanya Nixon bilang akhir tahun nanti BTN berencana memulai beberapa aksi korporasi. Yaitu menerbitkan Junior Global Bond senilai 300 juta dollar AS, dan rights issue guna menghimpun dana Rp 5 triliun hingga Rp 8 triliun selama lima tahun mendatang.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com