Tingginya biaya dana, dan beban bunga juga jadi alasan pertumbuhan laba BNI sepanjang setengah musim awal ini mini. Bank berlogo angka 46 ini cuma meraih pertumbuhan laba 2,7 persen (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada periode sama tahun lalu sebesar 16 persen (yoy).
Sepanjang semester 1/2019, beban bunga BNi sendiri mencapai Rp 10,98 triliun, meningkat 26,2 persen (yoy). Sementara biaya dana perseroan meningkat hingga 3,2 persen.
Rasio tersebut paling tinggi sejak 2016. Makanya, pendapatan bunga bersih perseroan juga tumbuh tipis cuma 1 persen (yoy) menjadi Rp 17,61 tiliun dari Dari Rp 17,44 triliun.
Padahal, pertumbuhan kredit perseroan tumbuh signifikan sebesar 20,0 persen (yoy), dari Rp 457,80 triliun menjadi Rp 549,06 triliun.
“Kredit ini dominan penyalurannya di kuartal II 2019, jadi kurang maksimal. Beban bunga dan cost of fund dibanding tahun lalu meningkat karena mayoritas kredit juga dari segmen korporasi dengan yield-nya lebih rendah," kata Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo.
Baca juga: BNI Raih Laba Bersih Rp 7,63 Triliun pada Semester I 2019
Hal ini juga ditambah dengan tipisnya pertumbuhan dana murah BNI yang cuma tumbuh 0,6 persen (yoy) menjadi 64,6 persen dari total DPK. Hingga Juni 2019 total DPK BNI sendiri tumbuh 13 (yoy) menjadi Rp 595,06 triliun.
Hal itu didorong dari pertumbuhan rekening giro sebesar 22,4 persen (yoy) dan deposito sebanyak 10,7 persen (yoy). Sementara pertumbuhan dana tabungan relatif landai, dengan pertumbuhan 7,5 persen (yoy).