Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Bakal Berlakukan Tarif Impor Tambahan untuk Produk China

Kompas.com - 02/08/2019, 08:52 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber BBC

WASHINGTON, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengumumkan tarif baru sebesar 10 persen untuk produk impor asal China senilai 300 miliar dollar AS. Tarif baru tersebut bakal berlaku mulai 1 September 2019.

Seperti dilansir dari BBC, Jumat (2/8/2019) langkah Trump tersebut adalah terobosan terbaru Trump di tengah perang dagang yang kembali meningkat di antara keduanya.

Penguuman mengenai tarif dilakukan setelah kedua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut melakukan pembicaraan bilateral. Padahal, kedua belah pihak diberitakan telah menunjukkan sedikit ada terobosan.

Baca juga: Trump Tolak Pemintaan Apple soal Pengecualian Tarif Mac Pro Rakitan China

Investor pun beraksi terhadap berita pemberlakukan tarif baru. Di pasar sahan Wall Street, indeks saham Dow Jones turun tajam, merosot hingga 1 persen.

"Tarif akan berlaku untuk 300 miliar dollar AS barang dan produk tersisa yang datang dari China ke negara kita," ujar Trump melalui akun Twitternya.

Trump pun mengritisi sikap China yang tidak menepati jannji untuk membeli lebih banyak produk pertanian Amerika Serikat. Selain itu, dia juga menyerang Presiden Xi Jinping karena gagal untuk membendung penjualan fentanil opioid sintetis.

Baca juga: Pertumbuhan China Melambat di Kuartal II 2019, Akibat Perang Tarif?

Trump menjelaskan, tarif sebesar 10 persen adalan tindakan jangka pendek dan bisa dinaikkan lebih lanjut secara bertahap hingga lebih dari 25 persen.

"Seseorang seharusnya sudah melakukan ini kepada China dulu." ujar dia,

Tarif impor baru tersebut kemungkinan akan meliputi berbagai jenis barang, mulai dari smartphone hingga pakaian anak-anak.

Adapun putaran tarif di tengah meningkatnya kekhawatiran merupakan bukti bahwa strategi Trump tak produktif dan justru merugikan AS lebih dari China.

"Tarif baru untuk China hanya akan menimbulkan rasa sakit yang lebih besar pada bisnis, petani, pekerja dan konsumen Amerika, dan merusak ekonomi AS yang kuat," ujar Kamar Dagang AS yang mewakili lebih dari 3 juta perusahaan AS.

Baca juga: Trump: Kesepakatan Dagang dengan China Harus Untungkan AS

Mereka pun mendesak agar kedua belah pihak menghapus semua jenis tarif.

Pada Kamis (1/8/2019), mantan kepala penasihat ekonomi Trump Gary Cohn mengatakan dalam wawancara dengan BBC bahwa perang tarif memiliki "dampak dramatis" pada manufaktur dan investasi di AS.

Ketegangan yang dihasilkan juga telah mempengaruhi bank sentral AS, Federal Reserve, yang memangkas suku bunga pada hari Rabu (31/7/2019) untuk pertama kalinya dalam satu dekade.

Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bukan tugas bank sentral untuk mengkritik kebijakan perdagangan AS, tetapi menambahkan bahwa ketegangan perdagangan yang terus meningkat telah memengaruhi perekonomian AS selama Mei dan Juni.

Baca juga: Pertemuan Trump-Xi Jinping Lancar, Negosiasi Dagang China-AS Masih Panjang

Adapun negosiator perdagangan AS dan China mengakhiri pertemuan dua hari terakhir mereka di Shanghai pada hari Rabu dengan sedikit kemajuan, meskipun kedua negara menggambarkan pembicaraan itu konstruktif.

Putaran negosiasi lain telah dijadwalkan untuk bulan September 2019 mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com