Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat di Kuartal II-2019, Mengapa?

Kompas.com - 05/08/2019, 14:28 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05 persen pada kuartal-II 2019. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,27 persen.

Pertumbuhan ekonomi di kuartal-II 2019 ini juga lebih rendah dibandingkan dengan kuartal-I 2019 yang sebesar 5,07 persen.

Kepala BPS Suhariyanto menyampaikan, terdapat beberapa hal yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2019.

Berdasarkan komponen pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran, ekspor dan impor tercatat mengalami kontraksi.

Baca juga: Turun, Ekonomi Indonesia Kuartal II-2019 Hanya Tumbuh 5,05 Persen

Kinerja ekspor tercatat mengalami kontraksi cukup dalam, yaitu tumbuh negatif sebesar 1,81 persen (yoy).

Kinerja ekspor tersebut berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi lantaran kontribusinya yang sebesar 17,61 persen terhadap PDB.

"Pertumbuhan ekspor yang mengalami kontraksi pada kuartal II-2019, jauh lebih dalam dibanding dengan kuartal II-2018 yang tahun lalu tumbuh 7,65 persen," ujar Suhariyanto di Jakarta, Senin (5/8/2019). 

Suhariyanto pun memperinci, untuk pertumbuhan ekspor barang tumbuh negatif sebesar 2,05 persen, dengan masng-masing ekspor migas turun 30,85 persen, sedangkan ekspor barang non migas turun 2,17 persen.

Baca juga: BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2019 Melambat, Apa Sebab?

Adapun untuk ekspor di sektor jasa tercatat masih tumbuh sebesar 0,27 persen, meski jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 4,62 persen.

Kinerja impor pun juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar 6,73 persen. Adapun kontribusi impor terhadap keseluruhan PDB sebesar 18,53 persen.

Penurunan kinerja impor diakibatkan adanya penurunan pada komoditas mesin/peralatan listrik, besi dan baja, kendaraan dan bagiannya, gandum-ganduman, serta benda-benda dari besi dan baja. 

Adapun konsumsi rumah tangga tercatat masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 55,79 persen. Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan konsumsi masih tumbuh sebesar 5,17 persen di kuartal II-2019. 

Baca juga: Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI, Ini Sebabnya

Momentum libur sekolah, bulan puasa dan lebaran menjadi faktor yang mendorong petumbuhan konsumsi rumah tangga. Selain itu, juga ada momentum pencairan gaji ke-13 PNS.

Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang berkontribusi sebesar 31,25 persen terhadap PDB atau tumbuh 5,01 persen.

Lebih rendah dibandingkan dengan kuartal I-2019 lalu yang sebesar 5,03 persen dan kuartal II 2019 yang sebesar 5,85 persen.

Adapun pertumbuhan tertinggi terjadi pada konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) sebesar 15,27 persen, meski kontribusinya kecil hanya 1,34 persen pada PDB. Hal ini karena didorongnya penyelenggaraan Pemilu 2019.

Baca juga: Menilik Dampak Pemilu 2019 terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

"Memang pertumbuhannya tinggi tapi share-nya kecil, jadi tidak terlalu berdampak," jelasnya. 

Kemudian, konsumsi pemerintah juga mengalami pertumbuhan tinggi yakni 8,23 persen, kontribusinya terhadap PDB sebesar 8,71 persen. Hal ini didorong kenaikan realisasi belanja barang dan jasa, juga naiknya belanja pegawai. 

"Karena adanya penambahan PNS juga tunjangan tambahan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com