Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat, Ini Fakta-faktanya

Kompas.com - 06/08/2019, 07:42 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

"Konsumsi rumah tangga mampu tumbuh menjadi 5,17 persen, naik tipis year on year 5,16 persen. Ada momen puasa, Lebaran, dan pencairan gaji ke-13, ada Pemilu, ada beberapa peristiwa yang terjadi, konsumsi rumah tangga masih positif 5,17 persen," ujar dia.

Secara rinci, sektor makanan dan minuman masih dalam konsumsi rumah tangga masih tumbuh 5,39 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,37 persen.

Selain itu, sektor pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan sebesar 5,09 persen, tumbuh dibandingkan periode yang sebelumnya sebesar 3,8 persen. Sektor perumahan dan perlengkapan rumah tangga sebesar 5,04 persen, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 4,96 persen.

Sementara itu, hanya sektor transportasi dan komunikasi yang mengalami penurunan di komponen rumah tangga. Suhariyanto bilang, hal ini tak terlepas dari jumlah penumpang pesawat yang mengalami penurunan 20,17 persen di kuartal II 2019.

Baca juga: Penerimaan PPN Dalam Negeri Anjlok, Akibat Konsumsi Merosot?

3. Investasi tumbuh melambat

Sumber pertumbuhan ekonomi ke dua, yakni Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi yang berkontribusi 1,59 persen terhadap PDB, justru mengalami perlambatan signifikan, yakni hanya tumbuh 5,01 persen. Jauh di bawah pertumbuhan kuartal II-2018 yang sebesar 5,85 persen.

"Perlu jadi catatan bahwa situasi politik pada kuartal II 2019 agak disayangkan kurang mendukung. Jadi salah satu alasan juga sehingga kita perlu perbaiki stabilitas politik, kepastian hukum dan regulasi," ungkap dia.

Adapun untuk konsumsi pemerintah, pada periode itu mampu tumbuh lebih cepat di banding kuartal II-2018, yakni mencapai 8,23 persen dari yang sebelumnya 5,20 persen. Namun begitu, konsumsi pemerintah hanya 0,60 persen berperan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019.

Baca juga: Sri Mulyani Optimistis Investasi Bakal Meningkat, Ini Alasannya

4. Tantangan ke depan lebih berat

Suhariyanto mengatakan, tantangan perekonomian Indonesia ke depan tak akan gampang. Pasalnya, tak hanya Indonesia saja yang tercatat mengalami perlambatan kinerja perekonomian, beberapa negara lain yang telah merilis data pertumbuhan ekonomi pun mengalami hal yang sama.

"Tantangan ke depan tidak gampang. Kalau dilihat pertumbuhan ekonomi negara-negara lain yang sudah rilis, itu menunjukkan perlambatan. Pekan depan banyak sekali negara yang akan rilis dan prediksinya juga mengalami perlambatan," ujar Suhariyanto.

Dia merinci, beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti China yang merupakan negara tujuan ekspor utama mencatat perlambatan pertumbuhan ekonomi dari 6,7 persen di kuartal II-2019 menjadi 6,2 persen di kuartal II-2018.

Lalu Singapura melambat jadi 0,1 persen di kuartal II-2019 dari periode yang sama tahun lalu sebesar 2,7 persen.

Kemudian, Korea Selatan tumbuh menjadi 2,1 persen di kuartal II-2019, melambat dari laju pertumbuhan kuartal II-2018 yang sebesar 2,9 persen. Juga Amerika Srikat yang ekonominya melambat jadi 2,3 persen di kuartal II-2019 dari 3,2 persen di kuartal II-2018.

Perang dagang yang tadinya diprediksi bakal mereda menambah tekanan terhadap perekonomian Indonesia lantaran ungkapan-ungkapan Presiden Amerika Serikat yang mengindikasikan bakal kembali menerapkan tarif impor kepada China.

Padahal di sisi lain, Suhariyanto juga mengatakan, Indonesia masih harus menghadapi tantangan fundamental dalam negeri yang berkaitan dengan stabilitas politik, keamanan, kepastian hukum, dan pemangkasan beberapa birokrasi yang tidak perlu untuk kepentingan pertumbuhan investasi.

"Perang dagang yang kemarin sempat mereka kemudian ada statement dari Presiden Amerika Serikat yang d iluar dugaan dan enggak bisa diprediksi," ujar dia.

"Dan tentunya di dalam negeri ada banyak tantangan seperti menjaga investasi dengan kestabilan politik dan keamanan, kestabilan hukum, memangkas birokrasi yang tidak perlu dan hilirisasi," tukas Suhariyanto.

Baca juga: BI: Posisi RI untuk Ambil Kesempatan Perang Dagang Diambil Vietnam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com