Kuderna mengungkapkan, tiap kali dirinya mengisi seminar literasi keuangan untuk mahasiswa, ia bertanya tentang cita-cita terbesar mereka setelah lulus kuliah. Jawaban paling populer biasanya adalah membeli rumah.
Namun, tak ada yang menjawab cita-cita berupa memupuk dana darurat. Menurut Kuderna, banyak orang membuat kesalahan berupa menabung untuk satu tujuan saja.
"Hasilnya, mereka terlilit utang atau harus menarik dana dari tabungan lain," ucap dia.
Baca juga: Membangun Dana Darurat dengan Tabungan, Begini Caranya
Kuderna menjelaskan, dana darurat adalah jaring pengamanmu apabila mengalami kondisi darurat keuangan, semisal penyakit atau kehilangan pekerjaan. Ada pula dana segera, yang ditujukan bagi pengeluaran kecil yang dapat diprediksi, misalnya perbaikan rumah, kendaraan, atau upah pekerja renovasi rumah.
Biasanya, dan darurat harus dapat menanggung biaya hidupmu selama tiga hingga enam bulan.
Ketika muda, hidup untuk saat ini terkesan lebih menarik ketimbang merencanakan masa depan. Akan tetapi, kamu tidak akan mencapai kemerdekaan finansial jika selalu terjebak "inflasi gaya hidup" alias menaikkan belanja ketika penghasilan bertambah atau gaji naik.
Artinya, jangan bertambah hedon ketika gaji lebih tinggi. Jangan merencanakan liburan mewah hanya karena kamu dapat bonus.
Baca juga: OJK: Ada Cicilan Paylater Anak Muda sampai 95 Persen dari Penghasilan ...
Sebaliknta, fokus pada bingkai yang lebih besar. Tabunglah uang itu atau gunakan untuk melunasi utang yang ada saat ini.
"Dengan sedikit mengencangkan ikat pinggang, kamu dapat menumbuhkan uang dan membelanjakannya untuk tujuan yang lebih penting, seperti membeli rumah, pensiun dini, melindungi kondisi keluarga, atau menyelenggarakan pesta pernikahan impian," terang Kuderna.