Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jazak Yus Afriansyah
Trainer

Author, Coach, Trainer.
Master of Technology Management.

Memahami Leadership Gap Syndrome

Kompas.com - 06/08/2019, 13:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Melanjutkan kajian kita pada topik Leadership in Millennial, pada edisi kali ini kita teruskan pada kondisi yang sering terjadi sebagai konsekuensi perubahan demografi Kepemimpinan di Era Millennial.

Kondisi tersebut sering disebut sebagai Leadership Gap Syndrome atau gejala jarak kepemimpinan yang dalam beberapa literasi dikenal juga sebagai gejala jurang kepemimpinan.

Pada hakikatnya Gejala Jarak Kepemimpinan ini adalah sesuatu yang normal dan lazim jika dikaitkan dengan prinsip dasar manajemen perubahan.

Yang abadi di alam semesta ini adalah perubahan itu sendiri, termasuk disini adalah perubahan demografi di organisasi yang terjadi secara alami ditandai dengan bergantinya generasi seiring dengan perjalanan waktu.

Baca: Kepemimpinan di Era Millenial

Yang membedakan adalah pada Era Millennial seperti saat ini, perbedaan akibat perubahan demografi generasi di dalam korporasi memiliki perbedaan dan jarak yang sangat jauh menganga atau sangat signifikan antara Generasi Millennial dengan Generasi yang lebih senior sering disebut sebagai "generasi kolonial".

Generasi Kolonial adalah perpaduan antara Generasi X yaitu mereka yang lahir pada tahun 40-50an dan Generasi Y yang lahir pada era 60 hingga 70an. Perbedaan ini terjadi terutama pada perbedaan sudut pandang, paradigma, preferensi, dan karakter.

Dan perbedaan karakter, perilaku, sikap serta preferensi ini sayangnya tidak diketahui dan bahkan tidak disadari oleh senior mereka para Generasi Kolonial.

Kita ketahui bersama bahwa sebagian besar Generasi Kolonial saat ini secara umum mereka menduduki posisi sebagai Middle Manager, Senior Manager hingga Director, CEO dan posisi yang sederajat dan mereka tentu memimpin para Millennial.

Apa yang sekarang terjadi?

Disebabkan ketidaktahuan tersebut para pemimpin ini tanpa sadar memimpin para Millennial menggunakan cara atau pendekatan sebagaimana mereka dipimpin oleh atasannya terdahulu.

Apakah hal ini salah? Tentu tidak!

Hanya saja cara memimpin tersebut tidak tepat, dikarenakan cara atasan mereka memimpin terdahulu sangat tidak cocok dan tidak relevan untuk Generasi Millennial saat ini.

Ketidakococokan ini sebagaimana uraian di atas secara ilmiah dipicu oleh perbedaan karakter, sikap, perilaku dan preferensi yang sangat menganga lebar antara Generasi Millennial dengan generasi kolonial.

Alhasil, dalam proses kepemimpinan tersebut sering terjadi friksi diantara Generasi Kolonial yang memimpin dengan Generasi Millennial yang dipimpin. Atau sebaliknya dalam beberapa kondisi yang langka, Generasi Kolonial dipimpin oleh Generasi Millnnial.

Friksi tersebut karena tidak dikelola dengan bijaksana berkembang menjadi Konflik terbuka yang tidak produktif.

Karena konflik yang tidak produktif tersebut gagal dikendalikan akhirnya meledak menjadi pembangkangan dan perlawanan oleh para Millennial.

Perlawanan tersebut bisa terlihat sangat vulgar dan nyata misalnya mereka mengajukan mosi tidak percaya, melawan perintah atasan, menolak melaksanakan tugas dan puncaknya mereka mengajukan resign secara mendadak, dan terkadang resign tersebut dilakukan secara berjamaah.

Namun terkadang perlawanan tersebut dilakukan secara tersamar dengan halus, artinya mereka tidak menunjukkan secara vulgar, namun membungkusnya dengan rapi sehingga terlihat seperti bukan pembangkangan.

Dikutip dari Buku “Lead or Leave it to Millennial” beberap bentuk perlawana itu misalnya mereka tidak menolak secara frontal tugas yang menjadi tanggung jawabnya, namun secara sistimatis para karyawan ini tidak menyelesaikan tugas tersebut dengan baik sesuai dengan target yang telah ditentukan.

Pada beberapa kasus ditemukan mereka mengerjakan hanya karena ingin sekedar menggugurkan kewajiban tanpa komitmen untuk mencapai hasil yang maksimal, pada beberapa kondisi pekerjaan tersebut dihentikan ditengah jalan serta ditinggalkan begitu saja dan yang lebih fatal adalah terjadinya fraud!

Pada situasi tersebut kajian empiris kami menunjukkan sebagian besar para pemimpin dari Generasi yang lebih senior, kurang paham bahwa itu adalah gejala friksi dan konflik. Akibat pola kepemimpinan mereka terhadap anggota tim dari Generasi Millennial yang tidak pas, membuat frustasi dan menyakitkan hati.

Namun mengapa karyawan Millenial lebih memilih membungkus rapi ketidakrelaan mereka terhadap cara atasan mereka memimpin? Adalah lebih karena kepentingan pragmatis jangka pendek untuk memenuhi hajat hidup. Dengan kata lain mereka terpaksa, karena untuk sementara belum ada pilihan lain.

Kondisi di atas oleh para ahli dan praktisi Sumber Daya Manusia dinyatakan telah terjadi secara global atau gejala global. Artinya, hampir semua korporasi dari berbagai jenis industri terjangkiti oleh sindroma ini di seluruh dunia.

Sehingga kajian Leadership in Millennial Era ini didesain khusus untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagaimana memimpin dan dipimpin di Era Millennial. Pada edisi berikutnya para pemimpin akan memahami Definisi, Sikap dan Perilaku khas masing-masing generasi pada Organisasi.

Di samping itu kami tambahkan tips dan trik bagaimana kita mampu melihat perubahan dan tantangan Pola Gejala Sindrom Jarak Generasi sebagai peluang untuk pengembangan Organisasi agar terus efektif mencapai hasil.

Untuk mencapai hal tersebut diatas Anda sebagai pemimpin wajib hukumnya untuk memahami bagaimana cara memimpin dan bersikap dengan Generasi Millennial. Dan hal ini akan terjadi jika kita mampu memahami Definisi masing-masing Generasi X, Y, Z dan mengetahui gejala Sindroma Jarak antar Generasi.

Setelah memahami definisi masing-masing generasi, kita teruskan kajian ini kepada bagaimana sebagai pemimpin Anda mampu mengenali dan mengamati Sikap dan perilaku khas masing-masing generasi, termasuk disini adalah Generasi Millennial.

Kita cukupkan kajian kita disini, sampai bertemu pada edisi berikutnya.
Selamat Memimpin dan Sukses Selalu untuk Anda semua!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com