Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Penurunan Suku Bunga BI Bisa Berlanjut

Kompas.com - 06/08/2019, 14:40 WIB
Murti Ali Lingga,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonomi Indonesia pada kuartal II 2019 masih memperlihatkan tren pertumbuhan melambat. Ini adalah dampak dari memburuknya kinerja ekspor akibat dari perang dagang antara AS dan China.

Namun, konsumsi masyarakat dan investasi masih memperlihatkan geliat pertumbuhan positif.

Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi, mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang melambat membuka peluang bagi penurunan suku bunga acuan lebih lanjut.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 persen pada kuartal II 2019 bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini adalah pertumbuhan ekonomi terendah sejak 2015, dalam periode yang sama.

Baca juga: Turun, Ekonomi Indonesia Kuartal II-2019 Hanya Tumbuh 5,05 Persen

"Bahkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal dua lebih rendah dari pencapaian kuartal pertama yang mampu tumbuh sebesar 5,07 persen secara tahunan," kata Lucky dalam keterangannya yang diterima Kompas.com, Selasa (6/8/2019).

Lucky menuturkan, sektor konsumer masih tumbuh cukup baik meskipun ada hambatan dari faktor global. Masih kuatnya konsumsi masyarakat dinilai berasal dari pengeluaran negara untuk belanja pemilu serta adanya kenaikan gaji pokok pegawai negeri sipil (PNS), TNI dan kepolisian sebesar 5 persen sejak Januari 2019, yang pencairannya sudah dilakukan pada April lalu.

"Namun perlu dicermati, apakah konsumsi masih akan tetap kuat dengan kemungkinan harga komoditas diperkirakan masih akan mengalami tekanan pada kuartal-kuartal selanjutnya, dengan perang dagang yang masih berlanjut," ujarnya.

Baca juga: Ada Perang Dagang, Tantangan Pertumbuhan Ekonomi Kian Berat

Adapun Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen dari sebelumnya sebesar 6 persen pada Juli 2019 untuk mendorong geliat perekonomian di tengah rendahnya perkiraan inflasi hingga akhir tahun ini.

"Babak baru kebijakan moneter longgar telah dimulai BI, setelah sejak Mei 2018, Bank Indonesia menempuh kebijakan moneter ketat untuk menjaga stabilitas nilai tukar," imbuhnya.

Ke depan, lanjut dia, BI memandang masih terbuka ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya perkiraan inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Baca juga: BI Diprediksi Bakal Kembali Pangkas Suku Bunga

Jika sebelumnya BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di bawah titik tengah kisaran 5-5,4 persen, dengan masih terbukanya penurunan suku bunga lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini diperkirakan bisa berada di atas 5,2 persen.

Menurut Lucky, ada beberapa sektor yang akan diuntungkan apabila tren penurunan suku buga acuan berlanjut. Salah satunya adalah sektor perbankan.

"Bahana menilai sektor perbankan khususnya bank yang memiliki current account and saving account (CASA) atau dana murah sedikit akan diuntungkan karena beban untuk biaya dana akan turun. Juga bank yang memiliki loan to deposit ratio (LDR) tinggi akan mendapat dampak positif karena bunga pinjaman masih relative tinggi," sebutnya.

Baca juga: JK Minta BI Kembali Turunkan Suku Bunga

Selain itu, sektor infrastruktur terkait telekomunikasi dan konstruksi juga akan mendapat keuntungan karena sektor-sektor ini memiliki utang yang cukup besar dengan adanya tren penurunan suku bunga ini, maka beban biaya pinjaman akan turun.

"Sektor properti dan otomotif yang sangat sensitif terhadap suku bunga juga akan diuntungkan karena penurunan bunga kredit akan mendongkrak penjualan properti, mobil dan motor," lanjut Lucky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com