Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudahkah Anda Paham Pentingnya Perjanjian Kerja?

Kompas.com - 06/08/2019, 18:28 WIB
Murti Ali Lingga,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketika Anda diterima bekerja di sebuah perusaan, pasti akan disodorkan lembaran perjanjian kerja sama bersama atau sering disebut PKB.

Perjanjian kerja adalah perjanjian yang disepakati karyawan dan perusahaan atau pemberi kerja.

Perjanjian itu memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Namun, sebelum meneken perjanjian kerja, apa yang harus diperhatikan calon karyawan?

Chairman Asosiasi Praktisi dan Profesional SDM Future HR Audi Lumbantoruan menjelaskan, perjanjian kerja adalah kesepakatan yang ditetapkan bersama antara karyawan dan pihak pemberi kerja (employer).

Baca juga: Ingin Buat Surat Lamaran Kerja, Ini 5 Tips Suksesnya

Tujuannya agar proses keberlangsungan pekerjaan yang diberikan dan dilakukan berjalan dengan ekspektasi yang ditetapkan.

Kesepakatan dalam naskah tertulis ini sangat penting bagi pekerja.

"Bagi pekerja penting. Memastikan bahwa hak dan kewajibannya terpenuhi. Bagi employer, perspektifnya bisa berbeda, biasanya employer hanya mau sampai tahap "Peraturan Perusahaan" saja," kata Audi kepada Kompas.com, Selasa (6/8/2019).

Menurut Audi, sejauh ini secara umum para pekerja belum begitu mengerti dan paham dengan perjanjian kerja yang akan atau telah ditandatangani. Sehingga, mereka tidak memahami hak dan kewajibannya dengan seksama.

"Secara general belum semua (paham). Tendensinya tidak sepenuhnya paham," ujarnya.

Baca juga: Simak, 5 Pertanyaan Kunci yang Ditanyakan HRD saat Wawancara Kerja

Dia menambahkan, perjanjian kerja yang baik ialah perjanjian yang dapat mengakomodasi seluruh hak dan kewajiban pekerja. Ini tentu tanpa mengenyampingkan perusahaan pemberi kerja. Artinya, harus sama-sama disepakati.

"Harus mutlak mengakomodasi semua tadi. Syarat-syarat PKB harus disusun bersama sama meliputi kepentingan pekerja baik soal gaji, jaminan kesehatan/kerja, dan lain-lain," imbuhnya.

"Bahkan kalau terlalu kompleks, misal contoh mengenai pemberian bonus, bisa diturunkan sampai konteks policy perusahaan saja," lanjutnya.

Di samping itu, Audi juga menyarankan para pekerja sebelum menekan perjanjian kerja harus membaca dengan seksama. Meskipun perusahaan memiliki kewajiban memberi penjelasan secara detail terkait isi perjanjian.

Baca juga: Bermasalah di Tempat Kerja, Bagaimana Cara Protes?

"Perusahaan harus menjelaskan hingga detil dan seksama. Prinsipnya, jangan tanda tangan kalau enggak paham atau kurang jelas," pungkasnya.

Di Indonesia, perjanjian kerja telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Perjanjian kerja pada dasarnya harus memuat pula ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan hubungan kerja, yaitu hak dan kewajiban buruh serta hak dan kewajiban pemberi kerja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com