Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Relakan Pertumbuhan Ekonominya Merosot demi Balas Trump?

Kompas.com - 08/08/2019, 07:17 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber CNBC

BEIJING, KOMPAS.com - China kemungkinan bakal mengambil langkah lebih jauh untuk bisa memenangkan perang dagang.

Dikutip dari CNBC, Kamis (8/8/2019), langkah yang dilakukan China dengan menggunakan yuan sebagai salah satu alat, juga menangguhkan pembelian produk pertanian AS bisa menempatkan bisnis China dalam risiko.

Hal tersebut menjadi indikator seberapa jauh China bersedia mengorbankan perekonomiannya demi mencapai kesepakatan dengan AS yang lebih menguntungkan Negeri Tirai Bambu tersebut.

"Banyak investor telah menyatakan pandangan bahwa China siap menerima penurunan ekonomi (dan dengan demikian ekonomi global juga bakal turun) untuk mencegah terpilihnya kembali Presiden Trump," ujar Chief Rates Strategist Nomura Naka Matsuzawa.

Untuk membalas terhadap ancaman tarif mengejutkan Trump pekan lalu, Cina dengan cepat menghentikan pembelian produk pertanian AS, yang merugikan petani di Midwest. Pasalnya, Midwest merupakan negara bagian yang sangat penting bagi kemenangan presiden Trump pada tahun 2020 mendatang.

"(China) juga dapat mengekang pembelian barang-barang pertanian lebih lanjut, mungkin sebagai cara untuk melemahkan basis dukungan Trump di antara para pemilih pedesaan menjelang pemilihan presiden November 2020," ujar Global Chief Investment Officer UBS Mark Haefele.

Baca: Perang Dagang AS-China Kian Panas, Ini Saran untuk Investor

Untuk langkah terakhirnya menggunakan yuan, China mengambil risiko besar karena devaluasi akan menyebabkan keluarnya modal asing, namun juga menyakitkan bagi Trump yang memang selalu memprotes kuatnya dollar AS dibandingkan mata uang lain.

Namun, strategi China agar Trump tidak terpilih lagi dalam Pemilihan Presiden 2020 mendatang dapat menjadi bumerang. Karena tindakan garis keras untuk melawan China dapat memenangkan dukungan dari kedua belah pihak, Presiden berikutnya pun bisa jadi mengambil sikap yang sama.

Selain itu, kemerosotan lebih lanjut dalam pertumbuhan ekonomi China bisa berbahaya lantaran stabilitas negara, yang sudah berhadapan dengan meningkatnya protes di Hong Kong.

Secara year to year, pertumbuhan ekonomi China di kuartal II-2019 ini adalah yang terendah setidaknya dalam 27 tahun terakhir.

"Pergeseran ke bawah dalam tingkat pertumbuhan potensial China berarti bahwa masalah deflasi utang bisa muncul ke permukaan," kata Matsuzawa.

Biasanya pelambatan lebih lanjut akan menyebabkan pemerintah melepaskan stimulus besar untuk membuat ekonomi tumbuh lagi, tetapi ada kemungkinan ia tidak bisa bertindak seagresif yang tahun-tahun sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com